Pages

Showing posts with label demi industri. Show all posts
Showing posts with label demi industri. Show all posts

Tuesday, November 09, 2010

Pertanyaan Sebab Akibat

Tentu masih pada inget kan salah satu tipe pertanyaan jaman sekolah dulu. Kita diberi dua pernyataan, 1 & 2. Pada pilihan jawaban disediakan opsi:
    A. Pernyataan 1 & 2 benar, keduanya saling berhubungan.
    B. Pernyataan 1 & 2 benar, keduanya tidak berhubungan.
    C. Salah satu pernyataan salah.
    D. Kedua pernyataan salah.

Tipe pertanyaan seperti ini, selain melatih daya ingat juga mempertajam kemampuan analitis logika seseorang.

Monday, September 06, 2010

Kata Kunci Pencarian Gambar Tema Ramadan

Sudah lewat jumlah jari tangan untuk menghitung tahun bekerja saya di industri ini.
Sudah sebegitu banyak pula kesulitan yang sering ditemui untuk mencari referensi gambar untuk tema lebaran.
Greeting, bowing, both hand on chest, moslem greeting, islamic gesture, ramadan, eid adalah kata kunci yang cukup sering digunakan dalam pencarian gambar. Tapi tetap saja, sulit mencari gambar orang yang mengatupkan kedua tangan dan meletakkannya di dada sebagai tanda penghormatan.

Friday, December 07, 2007

CP 2007



4 Entry, tak ada yang lolos.
Usaha belum keras...
atau kemampuan yang terbatas?
Sepertinya karena malas!

Tahun depan harus lebih baik lagi!


Tapi acara malam penganugerahannya seperti apa ya? Dateng telat jam 12. Nongkrong sebentar, say hi to some old friends, terus buru-buru balik kantor. Kerjaan menanti.

Kasian ya....

Sunday, November 25, 2007

Quickie Express dot com



Baru kali ini ada film Indonesia yang ngasih game seru dalam mempromosikan film. Penasaran? Klik aja langsung ke gambar di atas dan pilih menu game KUMIS. Gokil abiiiis sooob (kata anak-anak gaul masa kini).

Thursday, October 19, 2006

Honda motor bikin ku ngetop!




"Cin, manual safety rider Honda side job-an elo ya?" tanya teman suatu ketika.

"Nggak tuh. Kenapa emang?"

"Kok ada image SIM elo di situ?"

"Mana?" penuh rasa penasaran pingin tauk.

"Nih...".

Hihihi ternyata benar. Meskipun sulit diyakini kepastiannya, tapi susah juga untuk tidak mengatakan bahwa gambar SIM itu memang punyaku hehehe.

Hayo yang make image itu, ngaku! Qeqeqe... lumayan lah. Jadi selebritas manual guide hahaha.


Klik di sini :SIM.jpg kalau mau lihat gambar SIM yang asli :p.

Wednesday, June 21, 2006

GiBol

Emang lagi musimnya, apa mau dikata. Semua sudut pandang terjejali informasi tentang Piala Dunia. Ya... pesta masyarakat sedunia 4 tahunan ini memang jadi moment yang paling ditunggu-tunggu. Sebuah ajang yang mampu menembus batas gender, kelas sosial, ras, agama... pokoknya semua batasan dan pagar yang sering membuat manusia hidup dalam pengotakan. Ah dunia memang sedang GILA BOLA.

Sementara di sisi lain, kehidupan juga berjalan sebagaimana mestinya. Di JaTeng, saudara-saudara kita masih tetap menunggu uluran tangan. Di SulSel baru saja terjadi musibah banjir dengan catatan sementara 38 korban jiwa + kerusakan fasilitas irigasi senilai miliaran rupiah, sebuah merek pembasmi serangga sedang heboh ditarik dari peredaran karena mengandung bahan berbahaya, konflik Tamara-Rafli makin panas, Miami Heat sementara mengungguli Dallas Maverick 3-2 di final NBA, proses persidangan kasus suap di Mahkamah Agung bergulir sepoi-sepoi basah, EBTANAS SMA yang bikin stress banyak murid-murid, anak saya yang kelas II SD sudah memasuki hari ke-3 ulangan umumnya, dan lain-lain... dan lain-lain.

Life goes on... dan pada akhirnya nanti, GiBol ini pun akan jadi sebuah bahan perbincangan saat makan siang yang kemudian memudar, lamat-lamat, lalu hilang. Hidup pun kembali berputar pada rodanya. Memutar-balikkan keseharian kita dengan kebahagiaan-kesedihan, keberhasilan-kegagalan, kebaikan-keburukan. Sementara itu, nikmati saja dulu tontonan panggung dunia yang sedang terjadi di Jerman. It's worth to watch... event by sacrifying my resting time.

Monday, May 08, 2006

Happy 1st Anniversary

Nggak terasa, udah setahun saya gabung dengan tempat sekarang. Setahun yang penuh deraan dan penempaan. Bisa dibilang hampir semua yang saya dapat mengenai iklan dan segala seluk-beluknya adalah baru sampai pada dasar/permulaan saja.

Berada di sini, saya mencoba melihat segala-sesuatu dari perspektif yang berbeda. Mempelajari hal-hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Terbiasa dengan mendayung perahu berpasangan, saya dan pasangan bekerja sudah terpola dalam sebuah pengkotakan (istilah kerennya: spesialisasi) tanggung jawab. Sekarang saya harus bertanggungjawab mempersiapkan perahu, menentukan arahnya, memilih jenis kayu yang cocok, memutuskan cara mendayung yang efisien, menyemangati mereka yang kelelahan dalam mendayung, mengantisipasi ombak besar, dll... dll. Sebuah tanggungjawab besar yang benar-benar tak terpikirkan sebelumnya.

Sekarang saya juga harus bisa melihat menggunakan kacamata pengamat dari mercusuar. Keterlibatan pada hal yang hingga sekecil-kecilnya kerap membuat saya lupa bahwa arah perahu ini mulai berubah. Kompas yang seharusnya menjadi penentu arah justru malah sering rusak karena terus-menerus tersiram atau bahkan tercebur di air laut. Mau nggak mau, ilmu klasik perbintangan kembali jadi andalan. Tapi sepertinya memang harus begitu, pas banget dengan taglinenya Lowe: "Back To Square One". Hal yang selalu terjadi dalam pekerjaan kita. Eksplorasi kesana-kemari, balik-baliknya ke langkah awal lagi :).

Hal yang paling sulit tapi justru paling penting dalam tempat sekarang adalah membunuh ego. Bisa menerima kenyataan kalau kita memang cuma manusia biasa. Manusia dengan segala kelebihan + banyak kekurangan. Menerima kenyataan bahwa dalam kondisi tertentu, pilihan dayung dari orang yang pengalaman mendayungnya lebih pendek dari kita; kadang adalah pilihan yang lebih tepat.

1 year have passed, so many years to come. Entah berapa lama lagi harus menempa diri. Tapi kalau kata orang sih, pelajaran tak kenal henti. Sepertinya cara yang lebih asik adalah nyiapin bekal supaya dalam pendayungan berikutnya, saya punya bekal yang memadai sehingga nggak perlu kehabisan tenaga. Mari nyanyikan sama-sama: "Ayoooo sekolaaaaaaaah".

Monday, April 18, 2005

Through The Line

Bertempat di TBWA, Sabtu 16 April 2005 kemarin, sekelompok manusia mengadakan workshop kecil-kecilan. Acara yg dimulai pukul 10:00 itu berjalan cukup seru dan berakhir sekitar pukul 15:00 (kurang lebih lah). Untuk temen-temen yg gak sempet datang, berikut hasil penangkapan saya. Nggak detail sih karena saya tidak mencatat dan belum sempat meng-copy materi presentasinya Glenn yang luar biasa ciamik pollnya itu. Sekedar preliminary sharing aja kali ye....


through the line

istilah ini muncul mengingat keterbatasan konvensional media yang dianggap sudah kurang efisien atau bahkan mandul dalam upaya menjangkau konsumen.
pertimbangan lainnya adalah karena semakin tidak "gw banget"nya iklan2 yg muncul dalam media konvensional (kurang insightful).
dalam ttl, bukan hanya wts dan hts sj yg berperan. ada pula where to say it dan when to say it.
pada dasarnya ttl ini muncul sebagai upaya pembentukan bounding antara brand dg konsumennya.
itu sebabnya dlm ttl sangat penting utk mengetahui pola hidup ta (target audience) yg diberi istilah consumer's journey (cj).
cj ini merupakan aktifitas sehari2 dari ta, mulai bangun tidur sampai tidur lagi.
dalam aktifitasnya, ta bisa mendapat media exposure dari beragam media (termasuk salah satunya adalah ambient). media2 yg memungkinkan terjadinya interaksi antara brand dg konsumen itu disebut point of contact.
karena mengutamakan interaksi, maka ada 2 hal yang penting diperhatikan dalam ttl: intensitas dan interplay.
intensitas adalah seberapa seringnya brand bisa menyapa konsumen.
interplay adalah kombinasi dari point of contact secara efektif dan efisien.

balik2 lagi, ini adalah semacam tool saja. senjata utamanya tetap idea. yg tadinya kita cuma bisa menusuk lurus dg menggunakan pedang, sekarang bisa diayun diagonal, tegak lurus, horisontal, dll.

kalo merunut dari teori dasar komunikasi, ttl adalah salah satu upaya dari sender agar messagenya bisa diterima dg baik oleh recipientnya.
dalam realitasnya, banyak sekali noise2 yg tercipta dalam media penyampaian pesan. banyak cara utk mengatasinya (memperbanyak frekwensi atau memperbesar amplitudo). nah... apa metodologi yang paling tepat utk brand/product yg anda iklankan? kembali lagi kepada objective dari campaign dan ta-nya. pintar2 bermain lah.


PS
Tulisan ini jg saya post di milis thecopymakers.

Friday, January 07, 2005

Saya Manusia Paling Tidak Kreatif


Saya memang manusia yang paling tidak kreatif. Tidak ada satu pun hasil perbuatan, pekerjaan atau pemikiran saya yang orisinal. Semuanya nyontek.
Makan nyontek orang tua.
Belajar nyontek orang pinter.
Kerja nyontek archive.
Naik motor nyontek om.
Jalan kaki nyontek pragawan.
Benar-benar tidak kreatif sama sekali.

Hal ini bukannya tidak saya sadari. Ratusan, ribuan bahkan jutaan cara dan metodologi telah saya coba. Hasilnya selalu balik lagi ke kotak satu (baca: back to square one; red.). Coba-coba jadi kreatif dalam bergaul, hasilnya basi. Kata orang-orang, saya rajanya basi. Mau kreatif dalam bekerja, hasilnya jadi nggak mutu. Hasilnya bikin orang nggak ngerti apa maksud pesan komunikasinya. Mau kreatif berkomentar hasilnya malah jadi sok tahu.

Terus terang saya sudah bosan dengan ke-tidak-kreatif-an hidup saya. Rasanya mau mati saja. Tapi saya tidak berhasil menemukan cara bunuh diri yang orisinil. Semua cara sudah ada pioneer-nya. Saya nggak mau dong nyontek buat mati. Saat nyawa saya terangkat dari raga, itu harus jadi moment yang spektakuler. Semua orang membicarakannya.

Mau bertahan hidup pun saya malu. Setiap hari saya cuma terisi dengan plagiasi-plagiasi. Benar-benar tidak orisinil. Benar-benar tidak kreatif. Saya memang orang yang paling tidak kreatif di dunia ini. Sumpah!


Inspired by Subiakto Priosoedarsono.

Tuesday, December 28, 2004

Award VS Sales

Masalah basi yang entah kenapa, selalu menarik untuk dibahas. Kita bikin iklan tujuannya apa? Jualan kah? Menangin award kah?

Secara teoritis, iklan memang sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga atau pun sangkut paut dengan award. Iklan adalah media komunikasi yang menjadi bagian dari integrated marketing communication. Fungsinya? Jelas dong... dari namanya aja udah ketahuan: komunikasi pemasaran. PEMASARAN! Perlu didefinisikan lagi?

Jadi adalah hal yang tak terbantahkan saat seseorang memberikan argumentasi "It's not creative unless it sells." (David Ogilvy)
Tapi jangan lupa, advertising sendiri merupakan sub-division dari promotion yang merupakan salah satu dari 4 unsur pemasaran (kerap disebut sebagai 4P). Banyak hal yang menjadi pendukung laku-tidaknya suatu produk. Harga, distribusi, kualitas, permintaan pasar, corporate (perusahaan yang memproduksi).... semuanya memiliki andil. Bukan cuma iklan. Hal ini lah yang membuat saya tidak merasa bangga saat salah satu produk yang saya iklan kan, mencapai sales increasement 200% within a month! Production capacity sudah digenjot sampai double, tetap tidak bisa memenuhi market demand. Karena iklan kah? Huweks... so what gitu lhow.

Di saat itu lah saya mulai mementahkan prinsip pribadi saya bahwa "award means nothing. Ternyata award bukan sekedar hadiah/bonus/reward atau apa pun sebutannya. It's about achievement. Self actualisation. Ketika semua keberhasilan dalam penjualan berhasil diraih, ada satu kekosongan yang belum terisi: dahaga berkompetisi. Tapi kan produk kita laku? Emang siapa yang menjadi pemenang di situ? Yes, the brand itself. Apa yang kita dapat? Zip. Zero. Nothing! Compliment dari client? Bonus? Kenaikan gaji? Nggak juga tuh. Kebetulan juga, saya termasuk orang yang tidak menempatkan materi di atas segalanya. Kehidupan saya terlalu indah untuk sekedar digadaikan dengan keberlebihan. Teman sejati, keluarga, dedikasi, loyalitas, kebanggaan, respektasi... adalah hal-hal yang tidak ternilai. Jangan menganggap saya adalah orang dengan idealisme tinggi. Saya malah merasa tidak ada idealisme dalam kehidupan saya. Saya cuma menjalani hidup apa adanya.

Back to award. Keinginan untuk bisa memenangkan award pun tidak menjadikan dia segalanya buat saya. Bukan berarti dengan memenangkan award saya kemudian menjadi yakin telah berada di puncak dunia (terjemahan dari "being on top of the world"). Award buat saya adalah sarana untuk mengalahkan diri sendiri. "Pemenang sejati adalah mereka yang bisa menaklukkan dirinya sendiri"... begitu kata orang. Saat ini saya sedang berusaha mengalahkan the other me. Sisi yang dulu kehilangan semangat dalam bekerja, yang menganggap award tidak bernilai, yang merasa puas dengan bisa memuaskan kebutuhan client. Sepertinya... point terakhir adalah yang paling ingin saya bantai.

Cepat merasa puas adalah sebuah antitesis dalam pencapaian award. Untuk membuat iklan award winning, puas adalah hal yang tabu. Gimana bisa puas coba... satu unsur penting dari iklan award winning adalah "keterbaruan". Dia menawarkan hal yang baru... yang beda dari iklan-iklan lainnya. Saat kita sudah mendapat ide yang menurut kita paling kuat, satu jam kemudian ide itu sudah kehilangan unsur "baru"-nya. Keyakinan pun runtuh. Nafsu untuk menghasilkan hal terbaru bangkit tergelitik. Nalar berkelana secepat kilat mencari ide baru lagi. Begitu seterusnya... tanpa henti.

"Terus, kapan selesainya?" itu mungkin pertanyaan yang timbul. Jawabannya: TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI. Upaya untuk terus memperbaiki dan menghasilkan yang lebih baik adalah proses yang tak pernah berhenti. Teknologi yang kita nikmati sekarang adalah hasil pemikiran yang tak pernah berhenti dari para penemu. Sama halnya dengan mendaki gunung. "Ngapain capek-capek naik kalo akhirnya turun lagi!". Itu pertanyaan yang timbul dari mereka yang tak pernah mendaki gunung. Mereka tak pernah merasakan nikmatnya perjuangan mendaki puncak. Mendaki gunung itu merupakan miniatur dari proses hidup. Berjuang, berada di atas, turun, berjuang lagi, berada di atas lagi, turun lagi... begitu terus berulang-ulang. Sama dengan proses memenangkan award (meskipun saya belum pernah memenangkannya, tapi kurang lebih excitementnya sudah terasa saat saya mencanangkan tujuan).

Nah... kurang lebih begitu lah rasional kenapa saya menjadi "award minded". Award buat saya sama saja dengan uang. It's not everything, but without it... you're nothing!

Tuesday, December 14, 2004

Creative Leaps - The book you must have!


Ini buku gila banget. Semua orang2 yang bekerja di industri periklanan (agency & client) harus baca buku ini! Jangan tertipu ama judulnya. Kesannya buku untuk orang creative ya? Padahal isi buku ini penting banget buat client service, media dan client.

One Word Brief
Ini salah satu chapter kesenangan gw. Hoy para mahluk2 berbaju necis dalam agency, lu semua kudu baca!!! Biar tauk brief yang proper tuh gimana. Sori kalo agak keras, habis gw cape. Sering banget ketemu client service yang lebih berfungsi sebagai client's servant. Client brief nggak diolah dulu, tapi langsung dijadiin creative brief. Halloooo... which side of earth are you living in? Kondisi ini menyebabkan banyaknya Account Director yang keahliannya cuma maintain/entertain client. Gila kali. But that's the fact. Gw sih bukannya mencari kambing hitam. Gw sendiri juga sering menghasilkan creative output yang kurang stand out. But you know why? Simply because I have to spent most of my time trying to find "what to say" which is not supposed to be my main job!

Make Lovemark, not trademark
Hari gini, iklan gak cukup dengan jadi ngetop... jadi bahan pembicaraan semua orang. Tapi iklan harus jadi trend-setting! Be different! Itu kuncinya. Get out from the cluttered. Make an advertisement that will be loved by people. Once stick to their heart, you'll win the market. Everyone is impulsive buyer. We tend to buy things that we like/love instead of need. Asik kan... hehehehe...

Well... sebenernya masih banyak ilmu-ilmu lain yang bisa didapat. Tapi mending baca ndiri deh. Seru banget bacanya. Have a pleasant reading then...

22 Irrefutable Laws of Advertising



Gilaaaa akhirnya kelar juga bacanya. 6 bulan 1 minggu! Hehehehe... gw emang kalo baca buku berbahasa Inggris nggak bisa cepet. Harus bener2 mengerti ama topik yg dibahas. Kalo nggak, ya gw ulang2 terus ampe ngerti. Selain itu gw juga nyambi baca buku lainnya :D ancur yak. But it's fun. Saat bosen dg satu bacaan gw baca yg lain dulu sebentaran. Refreshing aja.

So... 22 Irrefutable Laws of Advertising. Judulnya berat. Tapi isinya nggak seberat judulnya kok. Penyajiannya ringan dan menghibur. Ada sih beberapa yang nulisnya njlimet. Susah banget ngertinya. Tapi sebagian besar nulis dengan pola bertutur. Gw pikir itu salah satu ciri orang pinter, selalu berusaha menyederhanakan hal yang rumit. Hasilnya emang luar biasa. Setelah baca buku itu, gw merasa "kok gw paham ya ama tulisan mereka". Para penulis2 itu bisa membuat gw merasa bahwa advertising itu adalah dunia yang fun. Padahal kalo udah ngomong deadline... aduuuh mak.

Satu sisi penting yang gw tarik dari 22 penulis itu adalah passion mereka dalam dunia kerja. Semua hukum dihasilkan dari pengalaman yang didapat dari kehidupan sehari-hari. Bisa dibilang kalo semua orang bisa bikin hukum mengenai iklan. Pelajari aja pola berpikir kita, temukan apa yang paling menarik buat kita, gimana cara kita menyeleseikan permasalahan... itu bisa jadi hukum. Setidaknya buat kita sendiri.

Tapi permasalahannya memang nggak sedangkal itu. Untuk bisa bikin hukum yang "tak terbantahkan" (irrefutable) kita harus bener-bener ngerti dulu semua seluk beluk proses berpikir kreatif. Itu cuma bisa didapat dari ketekunan dan kerja keras. Satu hal yang selama ini selalu gw abaikan. Kenapa? Karena gw cepat puas. Saat bisa menjawab suatu permasalahan, gw merasa itu sudah cukup. Padahal kreatifitas adalah infinity. Tak terbatas. Gw selalu memberikan justifikasi "Kalo diikutin, nggak habis-habis dong.." hehehehe... what a cliche huh?.

Well... setidaknya nilai 250 ribu perak yang gw keluarkan gak sia-sia. Semoga gw bisa terus mempertahankan passion gw dalam bekerja. Gw masih menyimpan cita-cita untuk menang di Cannes/Clio/AdFest/AD&D. "Doakan saya ya..." (diucapkan seperti intonasi peserta Takeshi Castle).

Friday, December 10, 2004

Cannes or Can't



"Can you tame the Lion?"

Sebelum berangkat, pikiran yang gue punya adalah "Ah... paling acara biasa. Ketemu-ketemu temen... cari-cari kerjaan baru... terus nonton pemenang (yang notabene juga udah bisa dilihat di websitenya Cannes Lions)". Well... more or less lah. Tapi ada satu hal yang bisa gw garis bawahi. Yaitu saat seorang pembicara (bule; gw lupa namanya) sharing pengalaman dia. Menurut dia kondisi yang kita hadapi di sini, nggak beda jauh dengan kondisi di negara lain.

Gue jadi teringat dengan beberapa referensi yang gw dapat. Michael Newman dalam buku Creative Leapsnya bilang, dia ngebagi kerjaan dalam 2 jenis: Cannes or Can't. Maksudnya jelas lah hay. Dalam diskusi "Why Thai" yang merupakan rangkaian program AdDone juga si pembuat iklan Sokken bilang "I don't have the answer" saat ditanya gimana caranya ngejual ide keren supaya bisa dibeli sama client. Pada sebuah obrolan ringan di bulan puasa, pemilik agency Astana (dia juga pernah menang award international) bilang... "Gampang kok kalau mau menang award".

Kalo diliat-liat kok ya buntut2nya semua permasalahan kembali pada satu muara: us, ourself. Bisa nggaknya kita menang di Cannes, Clio, One Show, Adfest ya tergantung kita. Bahwa hambatan terbesar kita untuk menang adalah karena kita belum mampu mengalahkan diri sendiri. I'm my own enemy. Sebelum bisa mengalahkan hal lain, kita harus bisa mengalahkan diri sendiri terlebih dahulu. Harus bisa melawan rasa cepat puas, menentang rasa takut untuk berbeda, mematikan kekhawatiran akan kegagalan.

"Creative people did silly mistakes oftenly" gitu kata si bule di acara tadi. We believe that but yet we still have less courage to be different nor to make mistakes. We are so afraid to be perceived as stupid person. Mental kita cenderung mencari jalan tengah. Jalan kompromi. Jalan yang bisa diterima oleh semua pihak. Padahal di situ letak kesalahan terbesar. Being outstanding means getting at the edge and to push as far as possible. Getting at a certain point where the choice is success or failure. There's no such "so so" condition.

Therefore the question should be change into "Do we dare to tame the Lion or not?". It is simply a matter of courage and strong will. Not capability. So let's buckle up and get our stuff to tame the Lion. It's now or never!

Wednesday, November 17, 2004

Pictures From The WorldVertising

the one in white shirt is the funkiest boss i've ever worked with hihihihi


talent garing (gw & adela)


chuo senkoĆ¢€™s creative team... and this picture will be put in the company profile? they've gotta be kidding


chuo senko goes to bali


geni, the girl who has the same birthday as me


some cool guy huh? :p (haka; the producer)


my fellow copywriters at chuo senko (dadan & ani)


imla... the cutest art director i've ever worked with :D


dugem... dugem... dugem... jedung jedung, jedung jedung... at bc bar


grey menyambut hari kemerdekaan taon 2001