Pages

Tuesday, December 28, 2004

Award VS Sales

Masalah basi yang entah kenapa, selalu menarik untuk dibahas. Kita bikin iklan tujuannya apa? Jualan kah? Menangin award kah?

Secara teoritis, iklan memang sama sekali tidak memiliki hubungan keluarga atau pun sangkut paut dengan award. Iklan adalah media komunikasi yang menjadi bagian dari integrated marketing communication. Fungsinya? Jelas dong... dari namanya aja udah ketahuan: komunikasi pemasaran. PEMASARAN! Perlu didefinisikan lagi?

Jadi adalah hal yang tak terbantahkan saat seseorang memberikan argumentasi "It's not creative unless it sells." (David Ogilvy)
Tapi jangan lupa, advertising sendiri merupakan sub-division dari promotion yang merupakan salah satu dari 4 unsur pemasaran (kerap disebut sebagai 4P). Banyak hal yang menjadi pendukung laku-tidaknya suatu produk. Harga, distribusi, kualitas, permintaan pasar, corporate (perusahaan yang memproduksi).... semuanya memiliki andil. Bukan cuma iklan. Hal ini lah yang membuat saya tidak merasa bangga saat salah satu produk yang saya iklan kan, mencapai sales increasement 200% within a month! Production capacity sudah digenjot sampai double, tetap tidak bisa memenuhi market demand. Karena iklan kah? Huweks... so what gitu lhow.

Di saat itu lah saya mulai mementahkan prinsip pribadi saya bahwa "award means nothing. Ternyata award bukan sekedar hadiah/bonus/reward atau apa pun sebutannya. It's about achievement. Self actualisation. Ketika semua keberhasilan dalam penjualan berhasil diraih, ada satu kekosongan yang belum terisi: dahaga berkompetisi. Tapi kan produk kita laku? Emang siapa yang menjadi pemenang di situ? Yes, the brand itself. Apa yang kita dapat? Zip. Zero. Nothing! Compliment dari client? Bonus? Kenaikan gaji? Nggak juga tuh. Kebetulan juga, saya termasuk orang yang tidak menempatkan materi di atas segalanya. Kehidupan saya terlalu indah untuk sekedar digadaikan dengan keberlebihan. Teman sejati, keluarga, dedikasi, loyalitas, kebanggaan, respektasi... adalah hal-hal yang tidak ternilai. Jangan menganggap saya adalah orang dengan idealisme tinggi. Saya malah merasa tidak ada idealisme dalam kehidupan saya. Saya cuma menjalani hidup apa adanya.

Back to award. Keinginan untuk bisa memenangkan award pun tidak menjadikan dia segalanya buat saya. Bukan berarti dengan memenangkan award saya kemudian menjadi yakin telah berada di puncak dunia (terjemahan dari "being on top of the world"). Award buat saya adalah sarana untuk mengalahkan diri sendiri. "Pemenang sejati adalah mereka yang bisa menaklukkan dirinya sendiri"... begitu kata orang. Saat ini saya sedang berusaha mengalahkan the other me. Sisi yang dulu kehilangan semangat dalam bekerja, yang menganggap award tidak bernilai, yang merasa puas dengan bisa memuaskan kebutuhan client. Sepertinya... point terakhir adalah yang paling ingin saya bantai.

Cepat merasa puas adalah sebuah antitesis dalam pencapaian award. Untuk membuat iklan award winning, puas adalah hal yang tabu. Gimana bisa puas coba... satu unsur penting dari iklan award winning adalah "keterbaruan". Dia menawarkan hal yang baru... yang beda dari iklan-iklan lainnya. Saat kita sudah mendapat ide yang menurut kita paling kuat, satu jam kemudian ide itu sudah kehilangan unsur "baru"-nya. Keyakinan pun runtuh. Nafsu untuk menghasilkan hal terbaru bangkit tergelitik. Nalar berkelana secepat kilat mencari ide baru lagi. Begitu seterusnya... tanpa henti.

"Terus, kapan selesainya?" itu mungkin pertanyaan yang timbul. Jawabannya: TIDAK AKAN PERNAH BERHENTI. Upaya untuk terus memperbaiki dan menghasilkan yang lebih baik adalah proses yang tak pernah berhenti. Teknologi yang kita nikmati sekarang adalah hasil pemikiran yang tak pernah berhenti dari para penemu. Sama halnya dengan mendaki gunung. "Ngapain capek-capek naik kalo akhirnya turun lagi!". Itu pertanyaan yang timbul dari mereka yang tak pernah mendaki gunung. Mereka tak pernah merasakan nikmatnya perjuangan mendaki puncak. Mendaki gunung itu merupakan miniatur dari proses hidup. Berjuang, berada di atas, turun, berjuang lagi, berada di atas lagi, turun lagi... begitu terus berulang-ulang. Sama dengan proses memenangkan award (meskipun saya belum pernah memenangkannya, tapi kurang lebih excitementnya sudah terasa saat saya mencanangkan tujuan).

Nah... kurang lebih begitu lah rasional kenapa saya menjadi "award minded". Award buat saya sama saja dengan uang. It's not everything, but without it... you're nothing!

No comments: