Pages

Showing posts with label usil. Show all posts
Showing posts with label usil. Show all posts

Friday, September 25, 2015

Teka-Teki Jahanam

Pernah dong dapat teka-teki seperti ini. Pertama kali dapat, saya bingung setengah mati. Meras otak cari tahu dari mana bisa ada selisih seribu perak tersebut. Secara logika harusnya hitungan kiri dan kanan harus sama. Berdasarkan aturan pembukuan neraca berimbang, angka penjumlahan kolom kiri (pemasukan) harus sama dengan kolom kanan (pengeluaran).


Friday, November 12, 2010

Mirip Tapi Nggak Pasti...

Sudah lah, nggak usah lagi berkilah dengan "Ini belum tentu dia", atau "Perlu pembuktian yang lebih konkrit" atau "Dia gak ngaku". Melihat sekilas aja udah ketahuan. Struktur muka sama persis, rambut palsu terlihat aneh, perlu apa lagi?

Kadang persoalan sederhana jadi begitu rumit saat masuk dalam ranah argumentasi legal. Sesuatu yang harusnya gampang bisa mengalami pembahasan yang berbelit-belit. Alasannya selalu klise: hukum itu harus berdasarkan fakta yang solid dan tak terbantahkan. Padahal seharusnya bukan itu intinya.

Tuesday, November 09, 2010

Pertanyaan Sebab Akibat

Tentu masih pada inget kan salah satu tipe pertanyaan jaman sekolah dulu. Kita diberi dua pernyataan, 1 & 2. Pada pilihan jawaban disediakan opsi:
    A. Pernyataan 1 & 2 benar, keduanya saling berhubungan.
    B. Pernyataan 1 & 2 benar, keduanya tidak berhubungan.
    C. Salah satu pernyataan salah.
    D. Kedua pernyataan salah.

Tipe pertanyaan seperti ini, selain melatih daya ingat juga mempertajam kemampuan analitis logika seseorang.

Tuesday, September 14, 2010

Lebaran 2.0

Masih lekat dalam ingatan saya ketika segalanya masih bersifat manual. Setiap menjelang lebaran, saya sudah menyiapkan tumpukan kartu ucapan untuk dikirimkan ke kerabat, handai taulan, si dia (halah, istilah ini katro bener rasanya).

Dalam tiap kartu hanya ucapan standar yang tercantum. Selamat Idul Fitri, 1 Syawal XXXX H; Mohon Maaf Lahir Dan Batin (saya ingatkan, kesalahan ini sering sekali terjadi; penulisan kata sambung dengan huruf besar adalah melanggar kaidah EYD).

Untuk memberi sentuhan pribadi pada kartu tersebut, selain tanda tangan, biasanya saya sertai sedikit tulisan pendek. Semua dilakukan secara tulis tangan. Pesan dalam kartu, tanda tangan, penulisan alamat pengirim dan penerima; semuanya. Meletihkan tapi juga menyenangkan.

Monday, September 06, 2010

Kata Kunci Pencarian Gambar Tema Ramadan

Sudah lewat jumlah jari tangan untuk menghitung tahun bekerja saya di industri ini.
Sudah sebegitu banyak pula kesulitan yang sering ditemui untuk mencari referensi gambar untuk tema lebaran.
Greeting, bowing, both hand on chest, moslem greeting, islamic gesture, ramadan, eid adalah kata kunci yang cukup sering digunakan dalam pencarian gambar. Tapi tetap saja, sulit mencari gambar orang yang mengatupkan kedua tangan dan meletakkannya di dada sebagai tanda penghormatan.

Thursday, May 15, 2008

Think out of the box


"Orang yang demo anti kenaikan BBM itu berarti berpihak pada orang kaya!"
-MJK, Mei 2008-

Tuesday, May 06, 2008

Akronimisasi

Singkat menyingkat bukan barang baru di negeri kita. Entah kenapa, bangsa kita senang sekali dengan singkatan-singkatan. DLL, DSB, YTH, YBS, YTC, DH, TTD, TTL, TTM (lho kok ikutan nongol? hehehe) cuma segelintir contoh dari banyak singkatan-singkatan yang bertebaran di jagat raya penulisan formal maupun informal.

Beberapa singkatan lantas menjadi sebuah kata sendiri. Ini dikenal juga dengan istilah akronim. Dari penjelasan di Wikipedia, Akronim adalah sebuah singkatan yang menjadi sebuah kata tersendiri. Sebut saja LetJen, DepHub, Bulog, Wapres, Kapolri, Pangdam, Bandara, Ipoleksosbudhankam, MVBUMAYUSATURNEP (kalau ini sih cara saya mengingat susunan planet di tata surya kita :p).

Ada satu pola yang selalu konsisten di tiap akronim-akronim tersebut: KETIDAK-KONSITEN-AN. Tidak ada aturan baku dalam menyingkat. Boleh huruf pertama saja, boleh dua huruf pertama, boleh 3 huruf tengah, boleh empat huruf terakhir. Pokoknya yang kira-kira bunyinya enak didengar, suku kata tersebut layak untuk tampil sebagai bagian dari susunan akronim.

Efek samping dari kekonsistenan untuk tidak konsisten ini (agak-agak mirip dengan sepakat untuk tidak sepakat ya qeqeqe) adalah peluang lahirnya akronim-akronim baru yang ngepop. Kenapa ngepop? Karena munculnya untuk keperluan terbatas dan memiliki life cycle yang pendek. Salah satu contohnya seperti yang baru-baru ini dipasang pada spanduk yang terbentang di pagar gedung Bapenas.

Isinya sederhana sekali. Cuma berupa ucapan selamat datang pada peserta Mukerbangnas. Nggak ada penjelasan sama sekali tentang Mukerbangnas, tapi dari hasil tebak-tebak pribadi, mungkin singkatan dari Musyawarah Kerja Pembangunan Nasional.

Uniknya, akronim ini baru pertama kali saya lihat. Anda, kamu, kalian, you orang pernah lihat sebelumnya? Anyway, melihat penggunaan seperti ini, saya lantas kepikiran akronim-akronim baru yang lebih eksploratif. Misalnya:
1. MuKeLo JaUh - Musyawarah Kerja & Lokakarya Pejabat Umum Daerah
2. MaDiKiPe - Makalah Dinas Kinerja Perusahaan
3. HanTu LaUt - Pertahanan Terpadu Lanjutan
4. BoRoKoKok - Biro Rohani Komisi Bangkok
5. ... kamu tertarik untuk melanjutkan daftar ini? Silakan lho... qeqeqe.

Tuesday, February 12, 2008

Pesta Pernikahan (Me)-Rakyat

Bayangan seperti apa yang terlintas saat kita mendengar kata ‘tamu resepsi pernikahan’?
Setelan jas atau minimal berbatik ria. Sedikit semprotan minyak wangi (atau banyak?). Gel rambut buat mereka yang senang akan gaya rambut berdiri. Untuk mereka yang agak dewasa (kalau tidak boleh menyebut setengah tua) bergaya konservatif, minyak rambut yang membuat kokoh sisiran lurus ke belakang biasanya jadi andalan.

Bagaimana dengan parkir? Buat yang rela merogoh kocek sekitar lima sampai sepuluh ribuan, fasilitas valet parking sudah banyak tersedia. Buat yang ngirit (baca: budget pas-pasan; red.) lebih memilih sedikit melatih kesabaran dan mempertajam kejelian mencari spot parkir kosong.

Tapi... pernahkah terlintas untuk menghadiri pesta pernikahan dalam kondisi belum mandi, agak berkeringat, mengenakan kaos dan bahkan bercelana pendek sambil membawa peralatan olahraga (tapi bukan pernikahan bertema pesta kostum)?


Friday, February 08, 2008

Bucin & Dian Sastro

Nggak! Saya dan Dian Sastro (DS) nggak ada hubungan apa-apa. Dulu sekali pernah ketemu untuk urusan kerjaan, itupun hanya dua kali. Sempet ngobrol, tapi nggak pernah akrab. Dia juga sudah pasti nggak inget saya.

Saya cuma berusaha jadi trendy. Secara DS sekarang punya status tambahan sebagai blogger, sebagai sesama peng-go-blog, saya ikut ngerame-ramein suasana dengan masang link ke blognya dia.



Tapi ada satu masalah. Saya bingung mau pasang dia dalam kategori yang mana. Di bloglines saya, cuma ada 4 kategori: advertising, friends, must read dan terakhir zzz nggak jelas.

Kategori pertama, jelas bukan. Meski profesinya sering bersinggungan dengan dunia periklanan, blog DS tidak ada sangkut pautnya dengan industri yang sudah hampir 9 tahun ini saya geluti. NO DEAL! Next...

Kategori ke-2: friends.
Ini jelas ndak mungkin. Saya sangat kenal DS dan dia sangat ndak kenal saya. Jadi, lupakan saja status ini. NO DEAL! Next...

Kategori ke-3: must read.
Hm... wah dipanggil sama client service. Bentar ya... review internal dulu.
Btw, NO DEAL. Next...

Dengan segala hormat, mbak DS maafkan kekurangmampuan saya mengelola kategori. Untuk sementara ini, ruang yang tersisa baru ada di kategori terakhir.

Ada yang bisa kasih usul penamaan kategori baru yang lebih tepat untuk blognya mbak DS? Silaken lho...

Friday, January 18, 2008

AwasKecolongan.co.id

Tanpa bermaksud mendramatisir kekurangtelitian penulisan; seperti yang juga sering saya lakukan; ketelitian dalam bekerja sepertinya harus terus kita ingatkan untuk diri sendiri. Sepanjang perjalanan saya bekerja, kecolongan salah ketik sudah jadi momok yang paling ditakuti saat memeriksa FA. Biar sudah diusahain untuk memeriksa kata per kata, huruf per huruf, tetep aja yang namanya 'kelewatan' masih sering berulang.

Jadi, kalau kita yang tiap hari berkecimpung dengan dunia tulis-menulis aja masih bisa kecolongan, kesalahan dari pihak DepHub (seperti gambar di bawah) mustinya bisa ditolerir. Ya nggak sih? (Kaya'nya gambar ini bisa jadi key visual dari campaign situs AwasKecolongan.co.id). :p

Friday, January 11, 2008

Permainan Yang Bukan Main-Main


Teks di papan petunjuk bertuliskan:
"Dilarang berjualan. Kawasan khusus penumpang."


"Hukum dibuat untuk dilanggar!", semua orang sudah tahu.
Bahkan tukang tahu pun tahu.
Meski sering kura-kura dalam perahu.
Anak kecil yang doyan tahu,
walaupun belum benar-benar tahu,
sering melakukan pelanggaran hukum ini huhuhu... (waduh, maksain rhyming).

Tapi yang ini bukan main.
Walau sepertinya tampak seperti main-main.
Yang jelas, pasti ada main.
Entah antar 'pemain'...
atau antar bukan pemain.

Aaaah hukum di negara ini.
Begitu mudah berganti-ganti.
Atau sekedar comot sana-sini.
Tetap saja bercelah penuh arti.

Hehehe....

Tuesday, January 08, 2008

Indonesia Bangsa Pemaaf


Image pinjem dari sini.

Nggak tahu kenapa kita gampang sekali memberi maaf. Kesalahan segunung bisa termaafkan dengan satu kebaikan. Kesalahan yang bertumpuk jadi termaafkan saat si pembuat kesalahan menderita. Menderita karena sakit, menderita karena kehilangan kekuasaan (ini perlu dipertanyakan sih, apa iya bener2 menderita?), menderita karena terlalu tua (orang tua kan udah nggak kuat ngapa2in lagi... katanya).

Pernah nggak ngalamin dapat tetangga yang nyebelin banget? Bikin ribut sampai anak bayi kita nggak bisa tidur, nanam pohon tinggi yang daun-daun rontoknya ngotorin pekarangan kita, punya motor kelaksonnya kaya’ bunyi kambing ngembek yang berisik buanget, ibu rumpi yang sambil nyapu halamannya ngelirik-ngelirik penuh rasa penasaran ke arah rumah kita... dan daftarnya pun berlanjut (silaken isi sendiri).

Anehnya saat kita kesusahan dan kebetulan tetangga yang nyebelin itu membantu, langsung semua kekesalan masa lalu itu termaafkan. Kita jadi permisif dan begitu pemaaf. Gangguan-gangguan yang datang berikutnya bisa diterima karena kita kemudian berusaha mencari (membuat-buat) pembenaran yang bisa jadi alasan kenapa dia berbuat begitu.

Apa ini budaya Jawa? Nggak juga. Dalam sejarah tanah Jawi, cukup banyak kisah yang menggambarkan bahwa masyarakat yang kerap tampak santun dan lemah lembut ini pun bisa jadi pemarah dan beringas.

Budaya timur? Halah... terminologi apa pula ini. Nggak usah terlalu mendikotomikan timur dan barat lah. Orang barat kalau dipuji otomatis akan bilang “thank you”. Coba puji temen kita deh, paling banyakan juga mesem-mesem malu tapi ge-er. Jadi maaf aja kalau saya tidak mau membedakan budaya barat dan timur yang kemudian biasanya mensuperiorkan salah satu budaya di atas lainnya.

Jadi dari mana ya tradisi bangsa pemaaf ini lahir? Ada yang tahu?


PS
Saya lagi nggak ngebahas topik ‘hangat namun basi’ yang muncul kembali seputar salah satu tokoh bangsa ini lho ya.

Friday, December 14, 2007

Labirin


Image diambil dari sini.

Objective permainan ini sangat sederhana. Anda mulai dari satu titik dan harus mencapai titik lain. Challengenya, Anda harus melalui serangkaian pilihan jalan. Dari banyak pilihan jalan itu, cuma satu yang berujung di tempat tujuan. Selebihnya nyangkut! Buntu! Iya, buntu. Walhasil Anda harus melakukan kilas balik ke titik dimana Anda salah memilih arah untuk kemudian mencoba arah yang lain.

Nah di sebuah negara, tetangganya Republik BBM, konon utusan rakyatnya sangat mahir dengan permainan ini. Akal mereka selalu inovatif dalam mencari terobosan-terobosan baru. Nggak kenal putus asa. Buntu di sini, coba jalan lain. Termasuk dalam hal pengelolaan anggaran kesejahteraan.

Di penghujung tahun ini (tahun depan udah ada Pemilu lagi, kemungkinan tak terpilih kan cukup besar tuh) terbersitlah ide untuk bisa menerima "uang saku" sebagai tanda jasa pengabdian (weleh-weleh... mengabdi kok nuntut balas).

Dasar pakar main labirin, paling jago cari jalur alternatif. Korupsi gak mungkin. Terima parsel udah dilarang. Lalu apa ya....? Voila! Muncullah ide brilian untuk memugar rumah dinas mereka. Pemugaran dilakukan selama kurang lebih satu tahun. Selama pemugaran mereka berhak toh nuntut tunjangan perumahan (yang kemungkinan besar sih bakal masuk kantong pribadi, bikin kwitansi kontrak rumah aspal apa susahnya ya tak?). Sah dan legal.

Hitung punya hitung, total tunjuangan perumahan yang diterima tiap anggota (yang rumahnya dipugar) adalah sebesar 13 juta rupiah per bulan atau total 156 juta rupiah per tahun. Jumlah yang cukup menggiurkan bukan? Menurut BURT (Badan Urusan Rumah Tangga) jumlah segini itu angka yang wajar. Total anggaran yang dihabiskan untuk renovasi plus tunjangan perumahan adalah sebesar Rp 108 miliar.

Memang banyak akal kadang lebih menyenangkan ketimbang panjang akal. Qeqeqe...