Pages

Thursday, August 28, 2008

Sepemurah apakah sang Maha Pemurah?

Di sebuah rumah baru.
Diadakan acara syukuran.
Selepas pemotongan tumpeng.
Selepas seremonial bla bla bla.
Diakhiri dengan berpesta.
Ditemani minuman yang mampu menghangatkan tubuh.
Berdansa-dansi, bersukaria.
Sebagai tanda syukur...
......
pada siapa tapi ya?

Wednesday, August 27, 2008

If only we could turn back time



Nggak kehitung lagu yang mengangkat tema ini. Biasanya berkisah pada percintaan yang kandas, atau keinginan mengulang momen indah.

Dalam hidup, frase ini sering juga muncul sebagai bentuk penyesalan. Bagian inilah yang akan saya bahas kali ini. Penyesalan.

Coba tengok perjalanan waktu kita ke belakang, tak terhitung banyaknya kita melakukan kebodohan, kesalahan yang tak perlu, ketololan yang luar biasa. Semua kadang membuat kita berpikir, coba saya bisa memutar waktu dan kembali ke masa itu, hal-hal bodoh itu nggak akan terjadi.

Apakah ini merupakan keterbatasan manusia? Buat saya ini adalah kelebihan. Ini adalah kelebihan yang diberikan Tuhan untuk kita. Bahwasanya Tuhan dengan segala kemahakemampuannya itu sudah membuat sebuah sistem kehidupan yang selalu bergerak maju. Progresif.

Seperti kata orang, di dunia ini tidak akan ada yang abadi. Semua akan tergilas jaman. Alangkah luarbiasanya kondisi ini.

Ketidakmampuan kita mengulang waktu seyogyanyalah (huaaaaaa bahasanya katro bener) membuat kita untuk mengasah otak sehingga bisa berpikir maju sebelum bertindak. Katanya wong londo, one step ahead. Barangkali itu sebabnya kita dibekali dengan sebuah benda lunak bernama otak yang kemampuannya sungguh luar biasa. Bahkan konon menurut survey, manusia hanya menggunakan tidak lebih dari 10% kemampuan otaknya. Bayangkan kalau kita bisa mencapai 20%?

Nah, si otak ini, dengan segala kekurangannya (bisa diobok-obok, bisa geger kalo kepentung keras) adalah senjata kita buat menghadapi sang waktu. Karena waktu tak bisa berputar mundur, kita terpaksa harus berpikir luas, kita terpaksa harus berpikir panjang, kita terpaksa harus menyiapkan antisipasi-antisipasi. Semua keterpaksaan ini justru membuat kita untuk selalu berusaha memaksimalkan fungsi otak.

Untuk ketololan-ketololan yang sudah lewat, justru jadi pembelajaran manis dalam kehidupan kita. Kita bisa ngetawain kejumawaan kita, bisa mencemooh kenaifan kita sendiri, bisa nyinyir dengan kesongongan kita yang lampau.

Jadi bisa dibayangkan gimana monotonnya kehidupan ini kalau waktu bisa diputar mundur? Atau Anda mungkin punya pendapat lain seandainya bisa memutar waktu?

Sunday, August 24, 2008

Above the law

Sabtu kemarin, saya ngajak Zahra ke acaranya klien di Senayan. Eventnya cukup menarik. Turnamen sepakbola tingkat SD di Jakarta. Partisipannya sekolah yang cukup elit. Ada Canisius, JIS, Gandhi Memorial School. 

Jangan berharap untuk bisa melihat pertandingan dengan strategi yang tersusun rapi. Layaknya anak-anak, pola permainannya berkerubung. Di mana ada bola, di situ pemain ngumpul hehehe. Tapi ada beberapa anak yang sudah menerapkan pengaturan posisi. Saat temannya bawa bola, dia mencari ruang kosong untuk menyerang.

Di perjalanan pulang menuju daerah Percetakan Negara, kita memilih jalur lewat jalan Diponegoro. Selepas putaran HI, kita serong kiri mengarah ke Imam Bonjol. Karena pas kena lampu merah, kita pun berhenti. Dari kaca spion saya melihat ada motor fore rider militer di belakang kita. Tanpa sirine tapi lampu yang signalnya menyala dan berputar-putar. Di belakangnya tampak mobil dinas jenis Toyota Fortuner. Dari nomor serinya yang berbintang satu, jelas bahwa pemiliknya adalah perwira tinggi di AL (platnya warna biru laut).

Saya menepi sedikit untuk memberi ruang bagi mobil tersebut untuk berhenti. Secara Sabtu kan ya, mustinya sih lagi libur. Berarti beliau akan berhenti menunggu lampu hijau.

Ternyata fore rider yang hanya satu biji itu maju ke tengah persimpangan dan menahan laju kendaraan dari arah berlawanan yang memang sedang kebagian lampu hijau. Oh ok, berarti ada hal penting yang membuat orang dalam mobil Fortuner tersebut harus terburu-buru.

Tepat ketika mobil tersebut melewati samping saya, kecepatannya sedikit melambat. Sekilas saya melihat di kursi tengah, di balik kaca berfilter, tampak seorang pria setengah baya. Wajahnya nggak begitu jelas karena gelap. Dia berpakaian kaus Polo putih. Biasanya seragam untuk main golf. Mobil itu pun dengan santainya terus melaju menerobos lampu merah.

Hm... di sebuah negara yang katanya negara hukum ini masih bisa ditemukan hal-hal seperti ini. Dan sebagian kita yang lain masih ada yang bertanya-tanya, kenapa masih banyak rakyat biasa yang melanggar hukum? Nggak usah repot nyari jawabannya. Buah nggak akan jatuh jauh dari pohon. Dalam hal kenegaraan, rakyat akan bertindak layaknya kelakuan pemimpinnya. Sesederhana itu.

"Tiiiin tiiiin!" lamunan saya dibuyarkan suara klakson dari kendaraan di belakang saya. Eh, ternyata sudah hijau. Tancaaaaaaaap.

Wednesday, August 20, 2008

Dilihat boleh, dipegang jangan

Apa coba yang terlintas di benak Anda saat membaca kalimat tersebut?

Beberapa orang (termasuk saya sendiri) mungkin, dengan mesem-mesem geli membayangkan sesuatu yang lucu-lucu ala cowok. Seperti apa sih pikiran ala cowok itu? Ada deeeey.... want to know aja.

Sebagian lain mungkin berpikir lebih lurus. Salah satunya mungkin membayangkan sosok seorang gadis manis yang alim. Indah untuk dinikmati, tapi kalau mau megang harus pake surat; jangan nekat cuma modal urat hehehe.

Di kesempatan lain, yang melintas di benak adalah sosok gadis sexy. Rok di atas lutut atau blouse dengan kancing dibuka satu sudah cukup untuk menggelitik imajinasi kenakalan jiwa bocah liar yang terperangkap dalam tubuh pria dewasa. Melirik-lirik sekilas, mencoba menikmati suguhan visual yang menggiurkan.

Saya sangat mensyukuri adanya semangat kebebasan berekspresi ini. Hal itu membikin dunia makin penuh warna dan semakin indah untuk dijalani. Monggo mbak, dipamer-pamerke sitik ora nopo-nopo. Membuat orang lain bahagia itu membawa pahala lho. Kalau masalahnya yang melihat terus jadi berbuat ngawur, itu kesalahan kepala besarnya aja karena bisa didominasi oleh kepala yang lebih kecil.

Tapi di beberapa kesempatan, ada juga para kaum hawa ini yang terlihat kikuk dan jadi salting sendiri. Saat duduk, sibuk menarik-narik rok pendeknya yang secara logika udah jelas akan ketarik. Di sudut lain, ada mbak yang dengan lucunya berusaha menaikkan potongan rendah bajunya supaya belahan indahnya nggak kelihatan.

Lah.... waktu beli apa ndak kepikir ya kalau jenis pakaian itu memang untuk 'mamerin keindahan'? Padahal kita kan cuma memandang dan tidak menyentuh? Terus kalau kita keasikan melihat, kenapa jadi kita yang salah?


Sunday, August 17, 2008

Ini bukan soal perayaan

Upacara penaikan Sang Saka merah putih di Istana Negara sudah merupakan ritual tahunan di setiap tanggal 17 Agustus. Saya masih ingat sekali gimana saat sekolah saya punya cita-cita untuk bisa terpilih menjadi anggota Pasukan Pengibar Bendera tersebut. Rasanya pasti membanggakan sekali. Putera-puteri terbaik yang merupakan perwakilan dari tiap propinsi. Hebat kan?

Semangat itu juga yang jadi alasan kenapa saya memilih untuk bergabung dengan ekstra kurikuler yang menunjang. Saat kelas kami kebagian untuk menjadi petugas pelaksana upacara, saya selalu berusaha untuk tidak sekedar masuk dalam kelompok penyanyi. Penyanyi ini adalah kelompok non elit yang tidak kebagian tempat. Segerombolan orang ditaro' di pojokan, menunggu aba-aba dirigen. Ih, nggak gengsi amat :p

Seringnya sih, saya ditunjuk jadi pembaca Pembukaan UUD 45. Untuk menunjang performa, saya berusaha mati-matian menghapal naskah Pembukaan UUD 45 tersebut.

Iseng-iseng, saya coba langsung menulis sisa-sisa hapalan naskah Pembukaan UDD 45. Sangat mungkin, banyak sekali kesalahan yang terjadi. Detilnya aja saya sudah lupa sekali. Hehehehe....

bismillah

"Bahwasanya kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia ini harus dihapus karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. Dan perjuangan pergerakan Indonesia telah sampailah pada saat berbahagia, dengan aman sentausa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan bangsa Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur.
........."

Wah, memori saya saya sudah parah ternyata. Ada yang bisa melanjutkan, tanpa ngebet lho ya.... :D

Friday, August 15, 2008

Welkambek mai laf


Mohon maaf untuk yang bosan melihat gambar di postingan ini. Saya sekedar mengungkapkan kebahagiaan karena Nokia E51 saya sudah kembali ke pelukan bapak pertiwi dengan kondisi (moga-moga) baik.

Satu hal pelajaran menarik yang saya pelajari adalah bagaimana pihak Nokia menerapkan program CRM-nya dengan cukup baik. Saat hp saya direvisi untuk kedua kalinya karena kesalahan Nokia Care, saya mengajukan komplen melalui SMS. Meskipun berselang dua hari, tapi SMS saya dibalas. Tadinya saya pikir SMS balasan itu hanyalah auto reply dari sistem komputer yang mereka terapkan. Tapi ternyata dugaan saya keliru. Balasan yang saya terima ternyata 'nyambung' dengan pesan yang saya kirim.

Walhasil, suatu hari saya dihubungi langsung (saat servis pertama, saya cuma dikabari via SMS) oleh pihak Nokia Care yang mengabari bahwa hp saya sudah siap tapi mereka minta waktu satu hari lagi untuk pemeriksaan menyeluruh.

Dan..... dua hari berikutnya (ternyata tetap mundur satu hari hehehe... kok kaya' biro iklan ya, janji revisi satu hari biasanya mundur dua hari) saya dihubungi kembali. Isinya pemberitahuan bahwa hp saya sudah selesai dan bisa untuk diambil.

Alhamdulillah. Sekarang saya dan Nokia E51 tercinta sudah berkumpul kembali. Semoga hubungan kami kali ini bisa lancar dan tak ada lagi gangguan. Amiiiin.



(nggak penting banget ya postingan ini? :p)

Thursday, August 14, 2008

Menjadi tua atau dewasa?

Kedewasaan tidak bergantung pada usia. Itu saya setuju, dengan asumsi bahwa hal itu terjadi pada mereka yang masih belia. Coba lihat, banyak remaja-remaja yang mampu berpikir dan bersikap dewasa, melampaui usia sebenarnya. Main-main dengan kelamin misalnya (tentunya main-main dengan kelamin orang lain, kalau mainin kelamin sendiri sih sepertinya nggak pandang usia hahaha).

Apakah ini merupakan bentuk pemikiran yang dewasa atau malah sok tua? Saya juga masih bingung ngebedainnya.

Bagaimana dengan mereka yang sudah tua tapi tidak juga menjadi dewasa? Hm.... ini pun perlu klarifikasi yang lebih jelas. Parameter kedewasaan itu nggak semudah satu tambah satu sih. Ada yang beranggapan bahwa dengan mampu membiayai keluarga, berarti sudah dewasa. Bisa tampil memukau di depan umum dan membagi pemikiran dengan sistematis, adalah dewasa. Bisa menjadi pemimpin sebuah perusahaan, adalah dewasa.

Tapi apa iya begitu? Soalnya banyak juga orang yang sekedar menjadi tua, tapi melupakan kedewasaan itu sendiri. Menjadi kepala keluarga (bagi laki-laki) dan lantas bekerja keras menafkahi keluarga, itu adalah mandatory dari menjadi tua, belum berarti membuktikan kedewasaan seseorang. Coba saja lihat di tempat dugem saat lady's night. Banyak sekali bapak-bapak (lebih tepatnya "om-om" kali ya... :p) yang berkelakuan dan berdandan seperti pria usia dua puluhan tahun.

Kalau ingin menghindari orang-orang dengan taraf kedewasaan seperti itu sih nggak susah. Tinggal keluar, naik taksi/ojek, pulang. Kelar deh. Lantas bagaimana seandainya tipe orang tua yang nggak kunjung dewasa itu adalah orang yang nggak bisa kita hindari? Seperti orang tua kita misalnya... atau bahkan boss kita sendiri? Bagaimana ya cara yang enak untuk ngadepin beliau?

Wednesday, August 13, 2008

What Guitar God Are You?

A quiz taken from facebook. Quiet fun, simple questions and doesn't required 20 blast for using it hehehe.

So, what guitar god are you?

Tuesday, August 05, 2008

Paradoks Logika

In order to keep attached,
you need to be
detached.

Ya Tuhaaaan, cobaan apa lagi ini?


Sabtu lalu dapat SMS: "Nokia E51 bla bla bla... sudah bisa diambil. Bla bla bla..."
Asik, cepet juga kelarnya. Kirain sebulan. Karena ada urusan, akhirnya baru bisa ambil Selasa pagi. Setelah dicek, fungsi vibrasinya sudah normal.
Saya: "Ini udah bisa saya bawa kan mas?" tanya saya ke petugasnya.
Petugas: "Bisa bapak, tapi tolong diperiksa dulu."

Cek sana, cek sini. Semua kelihatannya udah normal. Tapi pas mencet tombol menu "Camera" muncul pesan "FUNCTION IS NOT RECOGNIZED".

AAAAAAAAAARGH....... baru 4 bulan nih!!!!!!!!!!!

Nokia, bagaimana bisa seperti ini???????