Pages

Thursday, August 14, 2008

Menjadi tua atau dewasa?

Kedewasaan tidak bergantung pada usia. Itu saya setuju, dengan asumsi bahwa hal itu terjadi pada mereka yang masih belia. Coba lihat, banyak remaja-remaja yang mampu berpikir dan bersikap dewasa, melampaui usia sebenarnya. Main-main dengan kelamin misalnya (tentunya main-main dengan kelamin orang lain, kalau mainin kelamin sendiri sih sepertinya nggak pandang usia hahaha).

Apakah ini merupakan bentuk pemikiran yang dewasa atau malah sok tua? Saya juga masih bingung ngebedainnya.

Bagaimana dengan mereka yang sudah tua tapi tidak juga menjadi dewasa? Hm.... ini pun perlu klarifikasi yang lebih jelas. Parameter kedewasaan itu nggak semudah satu tambah satu sih. Ada yang beranggapan bahwa dengan mampu membiayai keluarga, berarti sudah dewasa. Bisa tampil memukau di depan umum dan membagi pemikiran dengan sistematis, adalah dewasa. Bisa menjadi pemimpin sebuah perusahaan, adalah dewasa.

Tapi apa iya begitu? Soalnya banyak juga orang yang sekedar menjadi tua, tapi melupakan kedewasaan itu sendiri. Menjadi kepala keluarga (bagi laki-laki) dan lantas bekerja keras menafkahi keluarga, itu adalah mandatory dari menjadi tua, belum berarti membuktikan kedewasaan seseorang. Coba saja lihat di tempat dugem saat lady's night. Banyak sekali bapak-bapak (lebih tepatnya "om-om" kali ya... :p) yang berkelakuan dan berdandan seperti pria usia dua puluhan tahun.

Kalau ingin menghindari orang-orang dengan taraf kedewasaan seperti itu sih nggak susah. Tinggal keluar, naik taksi/ojek, pulang. Kelar deh. Lantas bagaimana seandainya tipe orang tua yang nggak kunjung dewasa itu adalah orang yang nggak bisa kita hindari? Seperti orang tua kita misalnya... atau bahkan boss kita sendiri? Bagaimana ya cara yang enak untuk ngadepin beliau?

No comments: