Pages

Wednesday, August 27, 2008

If only we could turn back time



Nggak kehitung lagu yang mengangkat tema ini. Biasanya berkisah pada percintaan yang kandas, atau keinginan mengulang momen indah.

Dalam hidup, frase ini sering juga muncul sebagai bentuk penyesalan. Bagian inilah yang akan saya bahas kali ini. Penyesalan.

Coba tengok perjalanan waktu kita ke belakang, tak terhitung banyaknya kita melakukan kebodohan, kesalahan yang tak perlu, ketololan yang luar biasa. Semua kadang membuat kita berpikir, coba saya bisa memutar waktu dan kembali ke masa itu, hal-hal bodoh itu nggak akan terjadi.

Apakah ini merupakan keterbatasan manusia? Buat saya ini adalah kelebihan. Ini adalah kelebihan yang diberikan Tuhan untuk kita. Bahwasanya Tuhan dengan segala kemahakemampuannya itu sudah membuat sebuah sistem kehidupan yang selalu bergerak maju. Progresif.

Seperti kata orang, di dunia ini tidak akan ada yang abadi. Semua akan tergilas jaman. Alangkah luarbiasanya kondisi ini.

Ketidakmampuan kita mengulang waktu seyogyanyalah (huaaaaaa bahasanya katro bener) membuat kita untuk mengasah otak sehingga bisa berpikir maju sebelum bertindak. Katanya wong londo, one step ahead. Barangkali itu sebabnya kita dibekali dengan sebuah benda lunak bernama otak yang kemampuannya sungguh luar biasa. Bahkan konon menurut survey, manusia hanya menggunakan tidak lebih dari 10% kemampuan otaknya. Bayangkan kalau kita bisa mencapai 20%?

Nah, si otak ini, dengan segala kekurangannya (bisa diobok-obok, bisa geger kalo kepentung keras) adalah senjata kita buat menghadapi sang waktu. Karena waktu tak bisa berputar mundur, kita terpaksa harus berpikir luas, kita terpaksa harus berpikir panjang, kita terpaksa harus menyiapkan antisipasi-antisipasi. Semua keterpaksaan ini justru membuat kita untuk selalu berusaha memaksimalkan fungsi otak.

Untuk ketololan-ketololan yang sudah lewat, justru jadi pembelajaran manis dalam kehidupan kita. Kita bisa ngetawain kejumawaan kita, bisa mencemooh kenaifan kita sendiri, bisa nyinyir dengan kesongongan kita yang lampau.

Jadi bisa dibayangkan gimana monotonnya kehidupan ini kalau waktu bisa diputar mundur? Atau Anda mungkin punya pendapat lain seandainya bisa memutar waktu?

No comments: