Pages

Wednesday, December 31, 2008

Resolusi 2009

Dari dulu ritual membuat resolusi awal tahun seolah jadi keharusan. Biarpun nggak pernah banyak, saya selalu berusaha menyempatkan untuk menyusun daftar beberapa keinginan yang berebut minta diwujudkan pada tahun berjalan.

Seperti biasa juga, dari sekian sedikit (bukan sekian banyak) daftar yang ada, sebagian hampir tercapai, sebagian besar lainnya masih berbentuk rencana (dasar pemalas).

Di awal tahun ini, saya mencoba sedikit mengevaluasi. Apakah resolusi-resolusi yang lalu itu cuma sebatas keinginan atau bahkan formalitas untuk mengisi ritual awal tahun? Ternyata ada satu hal penting yang sering saya lupakan. Resolusi-resolusi yang saya susun kebanyakan menggantungkan hasil akhir pada 'nasib'.

Hm.... sepertinya hal-hal tersebut lebih cocok dimasukkan dalam daftar 'doa' ketimbang resolusi. Karena itu, di tahun ini saya mencoba lebih bersifat realistis. Tahun ini resolusinya sederhana sekali: berpikir positif. Itu saja.

Moga-moga dengan lebih banyak berpikir positif saya jadi lebih bisa bersyukur (bisa bersyukur ini merupakan doa terbaik oleh orang yang saya anggap sahabat di hari ulang tahun, 2008 lalu). Dengan berpikir positif saya lebih bisa tenang menghadapi semua persoalan (insya Allah). Akhirnya, dengan berpikir positif saya bisa lebih bahagia dan bisa membahagiakan orang-orang di sekeliling saya.

Sudah itu saja. Sederhana, tapi saya yakin, nggak akan mudah.

--SELAMAT TAHUN BARU 2009 SEMUANYA, SEMOGA KITA BISA LEBIH BERPIKIR POSITIF DI SEGALA SITUASI --

Wednesday, December 17, 2008

Something about lying

blue
black
grey
red
white


what ever the color is, it brings us nothing but futility.

Saturday, December 13, 2008

Percakapan Yang Aneh...

Sebuah percakapan terjadi di facebook saya dengan seseorang yang nyasar.

XX:
hmm....
budi santoso anak sd 03 bukan???

SAYA:
sd 03 di daerah mana? saya sd-nya petamburan 03 pagi.

bener sekolahnya?


XX:
hohohohohohooooo...
sory, sory, , , ,
salah orang
gue punya temen juga namanya budi santoso.
orangnya bandel buanget!!
makannya agak curious waktu liat kul di ui


SAYA:
wah saya baru aja cek profile kamu.
pasti salah orang. kamu lahir saya sudah masuk sma soalnya.
he3x


XX:
wuahahahaaa...
maap om!


SAYA:
gpp :)
have a nice weekend ya


Tiba-tiba kok berasa tua ya? :p

Sunday, December 07, 2008

He ain't heavy... he's MY DAD



Tanyakan padanya semua hal tentang peliputan gambar jurnalisme tv, dia akan membuatmu betah semalam suntuk mendengarkan pengalaman yang dimilikinya selama lebih dari 30 tahun menjadi cameraman.

Tanyakan tentang tempat-tempat di hampir seluruh bagian negara yang pernah dikunjunginya, kau akan menikmati setiap detil perjalanan yang pernah dilaluinya.

Tanyakan padanya tentang seni, latar belakangnya sebagai pelukis dan penari akan memperindah imajinasimu.

Tanyakan padanya tentang arti perjuangan, keberaniannya meninggalkan comfort zone untuk hijrah ke ibu kota serta kenekatannya meliput Desert War tak kalah oleh kisah kepahlawan manapun.

Tapi jangan tanyakan padanya soal per-gadget-an. SMS saja sampai sekarang dia malas mempelajarinya, apalagi komputer.

Makanya saya heran saat dia punya facebook. Ini pasti ulah salah satu anaknya.

Saturday, December 06, 2008

Saat Itu...



Adik saya tiba-tiba aja memposting foto ini di facebooknya dia.

Nggak ada yang istimewa memang. Cuma gambar seorang ibu dengan tiga anaknya. Lokasinya pun nggak jelas. Mungkin cuma orang-orang dalam foto itu (dan si pengambil gambarnya tentu saja) yang tahu. Itu juga kalau nggak lupa.

Saya sudah sangat lupa. Tapi samar-samar, seingat saya foto itu diambil di sebuah tempat pariwisata. Propinsinya, Sulawesi Selatan. Kebetulan masa kecil saya sebagian dihabiskan di kota Anging Mammiri. Tahun 1981 kami semua hijrah ke Jakarta.

Kembali ke soal lokasi foto. Saya benar-benar nggak ingat detilnya. Tapi kenapa foto ini jadi begitu bermakna? Sederhana sekali.

Setelah melihat foto ini, sedikit demi sedikit, kenangan masa kecil saya dan adik-adik berkelebat. Kenangan manis dan yang tidak terlalu manis (eufemisme hihihi). Kenangan di mana kita pernah tidur sekamar ber-3. Tidur dengan kondisi lampu terang benderang karena nggak ada yang berani gelap. Kenangan dimana sambil bermain di teras rumah, mama masih sempet-sempetnya nyuapin kita ber-3 tanpa bantuan pembantu.

Saat melihat wajah mama di situ, kelihatan sekali bagaimana sayangnya dia sama anak-anaknya (bukan berarti nggak pernah nyubit lho, nyokap kalo nyubit dulu sampai biru). Saat melihat wajah kami di situ, terlihat sekali kalau kita nggak ada beban sama sekali, juga nggak ngerti gimana sulitnya mengurus 3 anak sekaligus (apalagi yang paling kecil gendut kaya' gitu).

Sekarang saya baru ngerti. Beban orang tua memang tidak selayaknya mengotori kepolosan anak-anak. Kebahagiaan anak adalah hak asasi. Tidak ada kewajiban untuk memaksa mereka mengerti kesulitan orang tuanya.

Sekarang saya makin kagum dengan kegigihan mama...
sekaligus malu karena telah membentak anak sore ini saat merengek minta dimanja sementara kepala saya dipusingkan dengan urusan lain. Urusan yang buat saya sangat penting. Tapi tidak seharusnya melebihi kepentingan membuat anak-anak saya tetap bahagia.