Pages

Saturday, November 22, 2008

Tentang Kita

untuk seorang kawan...


saat kita sadar
bahwa kebersamaan bukan lagi berdasar keinginan
bahwa keterikatan tidak lagi untuk sesenangan dua sisi semata
bahwa kebahagiaan lahir tatkala kesenangan hilang
bahwa mereka ada di atas aku dan kamu

masihkah kita memegang erat masing-masing ujung simpul ini?

Thursday, November 20, 2008

Stiker Angkot

Dibalik keterbatasan fasilitas yang buat sebagian besar orang merupakan ketidaknyamanan, menaiki kendaraan umum ternyata bisa membawa penyegaran (setidaknya itu yang saya rasakan).

Salah satu hal yang menarik dari kendaraan umum ini ialah stiker-stiker yang melanglang-buana dan bisa ditemukan nyaris di setiap kendaraan umum.

Berikut adalah apa yang saya temukan di sebuah Metro Mini S75, jurusan Blok M - Pasar Minggu.

Kalau dibayang-bayangkan, sepertinya kisah yang tersimpan dibalik setiap stiker ini bisa jadi
cerita yang menarik.



BERCINTA DI BUS, BERPISAH DI TERMINAL
Stiker ini mewakili kisah romantis buat sebagian besar pengguna kendaraan umum. Saya jadi ingat saat masa sekolah dulu, duduk sebelahan dengan cewek idaman. Percakapan sepanjang perjalanan menjadikan kemacetan dan panasnya kendaraan tanpa pendingin udara ini jadi tak terasa. Saat tiba di terminal, rasa 'nyes' seperti menusuk pelan-pelan di dada. Turun dari bis dengan harapan semoga pulang kita bisa bareng lagi.



KORBAN RAYUAN ANITA....????
Saat membaca teks ini, saya jadi mesem-mesem sendirian. Apakah kata terakhir kehilangan huruf "W"? Atau bisa jadi memang si pemasang stiker ini pernah punya pengalaman pahit dengan seorang "play girl" bernama Anita? Kalau iya, berarti lukanya cukup dalam.



PULANG DIMARAHIN, TAK PULANG DICARIIN
Yang ini sangat menggambarkan kehidupan rumah tangga kaum marjinal. Istri di rumah mengurus 4 anak. Setengah mati mencari cara untuk gali lobang tutup lobang demi menjaga supaya si upik bisa bertahan di sekolah, mampu membayar kontrakan, sekaligus mencukupi kebutuhan sandang pangan keluarga. Saat sang suami pulang dengan membawa uang yang sangat seadanya, problematika rumah tangga jadi pemicu utama timbulnya konflik.
"Jam segini udah pulang, bukannya nyari duit..." begitu kira-kira komentar sang istri.
Lucunya, saat suami getol-getolnya nyari sabetan sana-sini hingga larut malam, istri kelimpungan mencari keberadaan suami. Entah karena curiga sang suami main gila atau karena emang istrinya lagi punya 'kebutuhan' mendesak... :p


Seru ya... :)

Sisi Lain Kreativitas

Seorang teman baru saja diberkahi kebahagiaan. Buah karyanya dianugerahi sebuah penghargaan. Bukan penghargaan tertinggi, bukan pula penghargaan yang luar biasa hebatnya. Sebuah penghargaan sederhana atas 'temuannya' memodifikasi metode X dengan pendekatan Y. Sederhana sekali dan dibungkus dengan cara yang tidak kalah sederhananya.

Metode X dan pendekatan Y yang dia gunakan sendiri, bukan pula barang baru. Di beberapa tempat, orang-orang sudah menggunakan masin-masing elemen tersebut secara parsial.

Mungkin 'ketidak-terlalu-baruan' tersebut menjadikan beberapa pihak lantas merasa keki sehingga berucap dengan sedikit mencibir, "kalo gitu gue juga bisa".

Teman saya, dengan sedikit kehilangan rasa bahagia, bercerita pada saya.

Pesan saya cuma satu. Ingat aja cerita tentang telor Kolumbus. Saat semua orang diminta mendirikan telor matang, tidak ada satu pun yang berhasil. Kolumbus lantas mengambil telor tersebut, memecahkan sedikit pantatnya, sehingga telor tersebut dapat berdiri tegak.

Semua orang berteriak "kalo gitu, semua orang juga bisa, lantas apa hebatnya?"

Kolumbus lantas berkata, "lalu, kenapa kalian tidak melakukannya?"

Ya. Kita kadang terlalu sibuk dengan mencari hal-hal luar bisa dalam satu jalur hingga kadang melupakan hal sepele. Hal sepele seperti yang dilakukan teman saya tersebut. Hal sepele yang membuat sebagian orang mencibir dan berkata sinis. Hal sepele yang sebeneranya bisa dilakukan semua orang. Tapi kenapa begitu banyak juga yang nggak kepikir melakukannya?

Sesungguhnya kreativitas tidak terpaku hanya pada menghasilkan hal baru. Kadang, hal baru itu justru hadir saat kita sekedar menggabungkan dua hal yang kelihatannya sepele.

Jadi teman... nggak usah didengar omongan yang kurang asoi itu. Teruslah mencoba. Kalau kali ini belum sempurna, bukan berarti upaya kalian belum pantas untuk dihargai.

Sisi Lain Kreativitas

Seorang teman baru saja diberkahi kebahagiaan. Buah karyanya dianugerahi sebuah penghargaan. Bukan penghargaan tertinggi, bukan pula penghargaan yang luar biasa hebatnya. Sebuah penghargaan sederhana atas 'temuannya' memodifikasi metode X dengan pendekatan Y. Sederhana sekali dan dibungkus dengan cara yang tidak kalah sederhananya.

Metode X dan pendekatan Y yang dia gunakan sendiri, bukan pula barang baru. Di beberapa tempat, orang-orang sudah menggunakan masin-masing elemen tersebut secara parsial.

Mungkin 'ketidak-terlalu-baruan' tersebut menjadikan beberapa pihak lantas merasa keki sehingga berucap dengan sedikit mencibir, "kalo gitu gue juga bisa".

Teman saya, dengan sedikit kehilangan rasa bahagia, bercerita pada saya.

Pesan saya cuma satu. Ingat aja cerita tentang telor Kolumbus. Saat semua orang diminta mendirikan telor matang, tidak ada satu pun yang berhasil. Kolumbus lantas mengambil telor tersebut, memecahkan sedikit pantatnya, sehingga telor tersebut dapat berdiri tegak.

Semua orang berteriak "kalo gitu, semua orang juga bisa, lantas apa hebatnya?"

Kolumbus lantas berkata, "lalu, kenapa kalian tidak melakukannya?"

Ya. Kita kadang terlalu sibuk dengan mencari hal-hal luar bisa dalam satu jalur hingga kadang melupakan hal sepele. Hal sepele seperti yang dilakukan teman saya tersebut. Hal sepele yang membuat sebagian orang mencibir dan berkata sinis. Hal sepele yang sebeneranya bisa dilakukan semua orang. Tapi kenapa begitu banyak juga yang nggak kepikir melakukannya?

Sesungguhnya kreativitas tidak terpaku hanya pada menghasilkan hal baru. Kadang, hal baru itu justru hadir saat kita sekedar menggabungkan dua hal yang kelihatannya sepele.

Jadi teman... nggak usah didengar omongan yang kurang asoi itu. Teruslah mencoba. Kalau kali ini belum sempurna, bukan berarti upaya kalian belum pantas untuk dihargai.

Sunday, November 09, 2008

From zero, to cameo, to hero.

Dulu mereka bukan siapa-siapa.
Setelah ledakan dahsyat, mereka jadi tokoh hujatan besar.
Setelah eksekusi, mereka jadi korban sistem hukum yang tidak manusiawi.

Hellllloooooooow, back to square one please. Memang kita sebaiknya tidak selalu melihat ke belakang. Tapi inget-inget lah apa yang udah mereka lakukan. Apa rasanya jadi keluarga yang melepaskan sanak saudara pergi liburan lantas pulang tinggal jasad.

Saya nggak benci siapa-siapa. Tapi mari coba menempatkan segala sesuatu pada proporsinya. Nggak usah lebai, plis deh...

Manipulasi media memang bisa berdampak luar biasa.

Thursday, November 06, 2008

Voltus 5

Surprisingly di kantor hari ini ada yang bawa DVD film Voltus 5. Langsung aja tuh film dipasang dan kita nonton bareng-bareng.

Dahsyaaaaat..!!!!!!

Inget banget dulu saya sama adik2 saya nonton film ini lewat medium video beta. Nyewa filmnya Rp 1.000,-/kaset. Saking senengnya sama film ini, kita bisa nonton berulang-ulang.

Dulu mungkin saya sama adik2 cuma senang karena 'serunya' action yang diperlihatkan film ini. Tapi tadi siang ada rasa yang beda. Selain nikmatnya bernostalgia, ternyata cerita dari film ini cukup dalam. Kisah tentang sekelompok remaja yang berjuang melawan serbuan mahluk planet, kelompok Boazan.

Ken Ichi, Ippei, Daijiro, Hiyoshi dan Megumi, adalah karakter utama film ini. Lima pahlawan pembela bumi. Saat pesawat (kendaraan) yang ditumpangi mereka bersatu membentuk robot, mereka jadi tak terkalahkan. Senjata andalannya apalagi kalau bukan Ten Ku Ken, Pedang Surga.

Meski nggak begitu pasti di scene mana, tapi saya dulu sempet nangis lho nonton salah satu episode Voltus 5. Terutama saat Ken Ichi, Daijiro dan Hiyoshi (yang kebetulan kakak beradik kandung) ditipu oleh Boazan dengan menghadirkan robot menyerupai ayah mereka yang sudah lama hilang.

Rasanya seru sekali bisa refreshing mental di tengah kepenatan tekanan deadline. Ah... saya jadi mau nonton semua serinya sekali lagi sambil mengingat-ingat saat saya dan adik2 dulu menikmati film ini dua puluh lima tahun silam. Hihihihi....