Pages

Friday, August 27, 2010

Kepulan Debu pun Beterbangan

Bahwasanya kejadian di dunia ini terjadi dengan sendirinya, saya percaya itu. Alur cerita dan adegan dalam kehidupan ini mengalir begitu saja. Sebuah skenario besar sudah disiapkan. Kita semua adalah pemainnya. Tanpa naskah, tanpa sinopsis, kita melakoni peran masing-masing dan melakukan apa yang "diperintahkan" tanpa perlu bertanya.


Begitu juga dengan blog ini. Kerinduan untuk menulis kembali dalam format yang tak terbatasi oleh jumlah karakter sebanyak 140, seharusnyalah memberi kita lebih banyak keleluasaan dalam menyampaikan gagasan, dalam berbagi rasa, dalam bercerita. Tapi namanya godaan duniawi memang selalu menarik kita ke arah kutub kenyamanan dari magnet "usaha". Makin sedikit hal yang perlu kita lakukan, makin besar daya tariknya.

Demikianlah. Saya, juga banyak teman lain semakin asik dengan instrumen hitam berinisial BB. Mengunggah foto jadi begitu mudah. Ikut-mengikuti dalam sasana perburungan kecil jadi lebih menyenangkan. Perlahan demi perlahan, kenyamanan itu membelenggu saya untuk kemudian melupakan halaman yang pernah menjadi lahan caci maki, lahan curhat, lahan sumpah serapah, lahan bersukur dan lahan bercinta ini. Sampai suatu ketika, seorang penge-tweet (ini istilah ajaib yang belum ada padanannya) memiliki link blog di profile-nya. Saya pun meng-klik (ini juga belum ada padanan katanya) link itu.

Apa yang saya temukan, bukan hal luar biasa. Sebuah laman sederhana, dengan tulisan sederhana, dilengkapi gambar sederhana. Tapi dibalik kesederhanaan itu, saya bisa merasakan bagaimana keindahan hidup yang terbagi. Saya bisa merasakan kebahagiaan rasa yang tersurat dan tersirat. Ternyata kesederhanaan itu begitu membuai hingga mampu membuat saya tergerak untuk mulai mencoba mengurus kembali blog yang sudah cukup lama terbengkalai ini.

Layaknya album yang lama tersimpan, saat saya membuka covernya, kenangan-kenangan lama itu seperti debu yang ringan, beterbangan memenuhi ruang imajinasi saya. Begitu banyak hal yang terkait dalam setiap tulisan. Bukan saja momen yang tertulis, tapi kejadian sekitar saat tulisan itu dibuat, kondisi saya saat menulis tulisan itu dan banyak lagi hal lain yang cukup membuat sesak sesaat nafas saya.

Perlahan, debu itu pun memudar, menghilang dari penglihatan tapi tidak dari pikiran. Masing-masing partikel menyatu kembali dalam hirupan udara yang terhisap ke paru-paru kehidupan, memompa jantung kenangan. Aaaah saya rindu perasaan itu.

Baiklah, tanpa berpanjang-lebar, saya akan kembali mencoba mengisi lembaran virtual ini. Belum banyak hal yang bisa saya janjikan, tapi yang jelas saya butuh doa dan pecutan dari kalian untuk bisa menghidupkan kembali taman yang telah lama tutup ini.

Bantu saya ya.......

Makan pangsit campur mecin, makasiiiy cyiiiiiiin.

No comments: