Pages

Friday, March 18, 2005

Dia Laki-Laki Keturunan (CERSANGPEN: cerita sangat pendek)

Dia laki-laki keturunan. Perawakannya tinggi agak kurus. Kehadirannya rutin, sebulan sekali. Tak banyak bicara memang dia. Ketika datang pun dia langsung masuk ke ruangan kerja yang disediakan, tanpa basa-basi sedikitpun. Setelah menutup pintu, kegiatannya sehari penuh adalah duduk di depan komputer yang monitornya membelakangi jendela (kami tak pernah bisa melihat jelas apa yang dia kerjakan).

Dia laki-laki keturunan. Dari penampilan fisiknya bisa ditebak, dia keturunan Tionghoa. Apakah dia bisa berbicara bahasa Mandarin... atau kah Kanton? Tak ada yang pernah tahu dengan pasti. Orang-orang yang dekat dengan dia pun cuma segelintir. HRD dan Finance Director. Sudah! Itu saja "teman"-nya.

Dia laki-laki keturunan. Kemeja putih dan celana panjang hitam adalah pakaian favoritnya. Tanpa dasi, tanpa jas. Hanya kemeja dan celana. Rambutnya haya disisir sekenanya, bahkan cenderung agak berantakan. Minyak wangi dan gel rambut merupakan hal yang tak pernah terlibat dalam kesehariannya.

Dia laki-laki keturunan. Sosoknya begitu misterius. Tak ada yang tahu siapa namanya, di mana dia tinggal, atau informasi apa pun tentangnya. Seperti sudah saya bilang, tak ada yang pernah berbincang-bincang dengannya.

Dia laki-laki keturunan. Selama hampir 7 bulan saya menempati kantor baru ini, tak pernah sekali pun ada yang mencari-cari dia. Ketidakhadirannya tak menimbulkan pertanyaan. Ketidakhadirannya tak memancing keingintahuan orang-orang. Sepertinya tak ada yang peduli terhadapnya. Tapi... entah lah, setiap dia datang... biasanya membawa kebahagiaan tersendiri. Kehadirannya membawa rasa aman. Keberadaannya memberi makna bahwa pekerjaan yang saya, teman saya... kami semua lakukan... tidak lah sia-sia.

Dia laki-laki keturunan. Ya... dia memang laki-laki keturunan yang tugasnya cuma satu: mentransfer gaji ke rekening karyawan secara elektronik melalui internet-banking. Itu saja. Dan saat ini, saya sedang tersenyum melihat dia bekerja dengan serius. Saya tersenyum membayangkan hari Senin siang minggu depan, angka-angka dalam rekening tabungan saya sudah bertambah jumlahnya.

Terima kasih wahai laki-laki keturunan.

No comments: