Pages

Monday, December 20, 2004

PeTir Basi

Sebuah acara dengan konsep "The Real Mega-reality Drama" yang berakhir anti klimaks!. Malam Grand Final keliatan banget nggak siapnya panitia. Masa' sambil nunggu hasil polling sms pemirsa, games "meja hidup atau mati" dimainkan. Kalau di games itu Yohan yang menang, apa gunanya pemirsa disuruh SMS? Karena skor berarti 2-0 untuk Yohan. Ratusan ribu SMS bernilai ratusan juta rupiah terbuang sia-sia! Nggak habis pikir, untuk acara besar semacam ini kok nggak ada perencanaan matang sebelumnya.

Kemenangan Yohan bukan lah kemenangan mutlak. Sejak awal dia sudah menggembar-gemborkan bahwa dia akan menggunakan hasil dari penjualan rumah senilai 1 miliar rupiah untuk membantu Mbak Surastilah. Ini lumayan menarik dukungan dari pemirsa. Terbukti dari 3 minggu terakhir dia mendapat dukungan SMS paling banyak. Dia juga berkomitmen untuk membantu anaknya Indri... nggak tauk bantu apaan. Tapi yang jelas Indri mendukung sepenuhnya kemenangan Yohan (saat vote dari peserta yang sudah terekstradisi); orang yang telah mengekstradisi dia.

Sebenernya nggak salah kalau Yohan mendedikasikan kemenangannya untuk membantu orang-orang. Tapi itu malah menghilangkan semangat kompetisi dari acara ini sendiri. Surprising elementnya jadi lemah. Sangat merugikan untuk kelangsungan acara ini nantinya. Padahal dari awal dipromosiin, gw udah merasa ada sesuatu yang luar biasa dari acara ini. Dapat rumah senilai 1 miliar rupiah GRATIS! Ekstradisi di tiap minggu juga selalu menimbulkan kejutan (kecuali Mahdi ama Yohan... udah ketahuan bakal saling menolong). Overall acara ini lumayan menghibur. Sampai di malam Grand Final. Saking banyaknya unsur ketegangan yang ingin dibangung (vote ex-penghuni, games & sms permirsa), acara ini malah kehilangan greget. Bikin gw males aja untuk ngikutin Petir-2. Huh!!!!

No comments: