Pages

Tuesday, January 06, 2009

Jurnalisme Prikitiw

Salah satu asas penting dalam dunia jurnalistik adalah ketidakberpihakan. Mengingat fungsinya sebagai pewarta, reportase yang disajikan media pun sebaiknya harus bersih dari asumsi, pendapat apalagi opini. Pemilihan angle berita pun tidak selayaknya menjadikan media menjadi berpihak.

Obyektivitas adalah jadi nilai mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Ini akan jadi parameter kuat untuk menentukan kredibilitas suatu media. Karenanya amat sangat disayangkan jika dalam menayangkan laporan ada media yang bersifat 'menghakimi'. Seperti contoh sebuah berita televisi yang sempat saya lihat pagi ini sebelum berangkat kerja.

Seorang reporter wanita muda, cukup menarik parasnya; mewawancarai anggota geng bermotor yang masih di bawah umur (di bawah 17 tahun). Alih-alih menjadi pewarta yang berusaha mencari gambaran obyektif, sang reporter (yang kelihatan sekali agak gugup dan kurang menguasai bahan liputan) memberikan pertanyaan yang menjurus (leading question).

"Menurut kalian, apakah geng bermotor itu meresahkan masyarakat atau tidak?"
Pertanyaan retorik. Adalah hal yang tabu dilontarkan oleh reporter. Jawabannya tentu saja sudah dapat ditebak. Walhasil pemirsa nggak dapat wacana baru.

Selang beberapa saat kemudian, pertanyaan lanjutan dilontarkan.
"Kapan kalian berniat untuk insyaf?"
Menghakimi. Sebagai pewarta yang baik, tidak selayaknya reporter menempatkan posisinya "di atas" obyek wawancara. Kata insyaf sangat berkonotatif menimbulkan kesan orang yang ditanya adalah pihak yang melakukan kesalahan. Sementara tidak ada proses peradilan di situ. Salah benar itu relatif, tergantung dari sudut mana kita memandang.

Melihat kualitas jurnalisme seperti ini, apa lagi yang bisa diharapkan dari tayangan televisi saat ini? Plis deh.

No comments: