Pages

Thursday, September 04, 2008

Mau jualan ke konsumen apa klien?

Dalam sebuah perbincangan dengan seorang kerabat, dia menceritakan bagaimana uniknya bekerja dalam industri periklanan ini.

Pada sebuah presentasi, apa yang terjadi sangat bertolak belakang dengan prediksi agency tempat teman saya bekerja. Kampanye yang diunggulkan ternyata mendapat penolakan dari klien sementara kampanye yang menurut mereka lemah, justru sangat disukai oleh klien.

Padahal sebelum membuat keluaran kreatif (creative output) mereka sudah melakukan riset kecil-kecilan terlebih dahulu. Menggali insight-insight (ini bahasa Indonesianya apa ya?) terhadap konsumen. Mencari tombol merah panas (red hot button) yang bisa menjadi poin masuk (entry point) -- halah... terjemahan bahasanya malah makin ngaco -- sehingga merasa menemukan formulasi yang tepat untuk menjual produk yang diiklankan.

Tapi ya itu tadi, jauh panggang dari api. Selera klien ternyata menuntut beda. Salahkah klien? Belum tentu. Mereka berhasil mempertahankan eksistensi brand/produk selama puluhan tahun. Jelas mereka lebih mengerti bagaimana cara menjual produk tersebut.

Seandainya kalian yang berhadapan dengan kondisi seperti ini, untuk pengerjaan berikutnya apakah proposal yang diajukan akan berdasarkan fakta-fakta dan riset atau disesuaikan aja dengan maunya klien?

No comments: