
Mari berkaca! Itu kesan yang saya dapat setelah melihat film ini. Bagaimana kita bisa melihat sebuah tragedi dan kemudian menarik pembelajaran daripadanya (weh, gaya bahasa apa pula ini hahahaha). Dari dialog2 yang terbangun, dari ekspresi2 yang muncul, dari konflik2 yang terbangun, semua mengajarkan kita satu hal: INTROSPEKSI. Jangan terlalu gegabah menilai, jangan pula terlalu cepat membela. Semua yang terjadi pasti ada kaitannya satu sama lain dan tidak terjadi begitu saja.
Setelah menonton LRTH, kita bisa mengerti bagaimana sempitnya pola pikir para pelaku hingga tega melakukan. Setelah menonton kita juga dicubit dengan kenyataan bahwa Bali sekarang bukan lagi milik kita. Bali tak lebih dari sebuah pulau sarana komoditas bagi para turis. Setelah menonton kita bisa lebih bijak untuk tidak menjadi prejudis terhadap "bule-bule". Bahwasanya kebaikan maupun kejahatan bisa hadir dari siapa saja.
Adalah sebuah gebrakan yang cukup berani dari Kalyana Shira Films untuk mengangkat tema ini. Sementara produser2 lain sedang asik masyuk dengan tema percintaan maupun perhantuan, KSF hadir dengan tema yang sarat dengan kontroversi, isu yang sensitif serta nilai-nilai kemanusiaan. Keberanian yang patut diacungi jempol.
Namun layaknya film2 lokal (duh, kok terkesan tendensius gini ya? hehehe), film ini pun tak lepas dari kekurangan (secara film Hollywood aja masih ada bolong2nya). Alur cerita yang datar, musik score yang kurang mampu membangun emosi, intonasi bicara yang masih terkesan "acting", art direction yang ala kadarnya (terutama saat nonjolin korban2 serta kejadian setelah ledakan). Balik2 lagi biasanya biaya adalah kendala nomor satu. Nggak bisa dihindari memang. Kualitas biasanya menuntut biaya besar. Tapi oke lah, secara ini film Indonesia, banyak hal yang bisa dimaklumi.
Dibalik itu semua, film ini patut dihargai sebagai sebuah bentuk pendobrakan atas dominasi pop culture. Untuk mengobati mereka yang kecewa, anggap saja beramal (sebagian hasil dari penjualan tiket disumbangkan ke YKIP). Toh ada hal2 menarik yang bisa menghibur kita seperti dialog antara Alex Komang & Raelee Hill:
RH, "I pay you 300 dollar, but that's it."
AK, "Ok, but only till 6 o'clock."
RH, "Australian Dollar's fine?"
AK, "American Dollar would be better."
Hahahahaha... secara di Bali apa2 matok harganya pakai Dollar Amerika.
Banyak lagi percakapan2 lain. Lucu, menyentuh, menyentil, menyindir.
Jadi, nggak usah repot2 ngaca sebelum pergi nonton film ini. Nanti juga di bioskop bakal banyak berkaca, meski gelap.
No comments:
Post a Comment