Bertempat di TBWA, Sabtu 16 April 2005 kemarin, sekelompok manusia mengadakan workshop kecil-kecilan. Acara yg dimulai pukul 10:00 itu berjalan cukup seru dan berakhir sekitar pukul 15:00 (kurang lebih lah). Untuk temen-temen yg gak sempet datang, berikut hasil penangkapan saya. Nggak detail sih karena saya tidak mencatat dan belum sempat meng-copy materi presentasinya Glenn yang luar biasa ciamik pollnya itu. Sekedar preliminary sharing aja kali ye....
through the line
istilah ini muncul mengingat keterbatasan konvensional media yang dianggap sudah kurang efisien atau bahkan mandul dalam upaya menjangkau konsumen.
pertimbangan lainnya adalah karena semakin tidak "gw banget"nya iklan2 yg muncul dalam media konvensional (kurang insightful).
dalam ttl, bukan hanya wts dan hts sj yg berperan. ada pula where to say it dan when to say it.
pada dasarnya ttl ini muncul sebagai upaya pembentukan bounding antara brand dg konsumennya.
itu sebabnya dlm ttl sangat penting utk mengetahui pola hidup ta (target audience) yg diberi istilah consumer's journey (cj).
cj ini merupakan aktifitas sehari2 dari ta, mulai bangun tidur sampai tidur lagi.
dalam aktifitasnya, ta bisa mendapat media exposure dari beragam media (termasuk salah satunya adalah ambient). media2 yg memungkinkan terjadinya interaksi antara brand dg konsumen itu disebut point of contact.
karena mengutamakan interaksi, maka ada 2 hal yang penting diperhatikan dalam ttl: intensitas dan interplay.
intensitas adalah seberapa seringnya brand bisa menyapa konsumen.
interplay adalah kombinasi dari point of contact secara efektif dan efisien.
balik2 lagi, ini adalah semacam tool saja. senjata utamanya tetap idea. yg tadinya kita cuma bisa menusuk lurus dg menggunakan pedang, sekarang bisa diayun diagonal, tegak lurus, horisontal, dll.
kalo merunut dari teori dasar komunikasi, ttl adalah salah satu upaya dari sender agar messagenya bisa diterima dg baik oleh recipientnya.
dalam realitasnya, banyak sekali noise2 yg tercipta dalam media penyampaian pesan. banyak cara utk mengatasinya (memperbanyak frekwensi atau memperbesar amplitudo). nah... apa metodologi yang paling tepat utk brand/product yg anda iklankan? kembali lagi kepada objective dari campaign dan ta-nya. pintar2 bermain lah.
PS
Tulisan ini jg saya post di milis thecopymakers.
1 comment:
thanks artikelnya :)
Post a Comment