Pages

Monday, April 04, 2005

Tahimology

(Atas permintaan khalayak umum, imagenya tidak dimunculkan. buat yg masih penasaran, nih addressnya http://javantiger.or.id/pub/bukti-kotoran-2.jpg).


Tahi a.k.a. tokai, taik, feses dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia susunan W.J.S. Poerwadarminta terbitan PN Balai Pustaka tahun 1983 diterjemahkan sebagai berikut:
(1) ampas makanan dari dalam perut yang keluar dari dubur.
(2) berbagai-bagai kotoran, endap-endap atau barang apa yang dianggap sebagai ampas.

Secara umum tahi digambarkan sebagai hal yang najis, kotor dan tidak bermanfaat. Jika disandangkan dengan kata benda lainnya, dia bisa memiliki makna berbeda. Misalnya tahi hidung: upil, tahi kayu: sisa serbuk kayu. Tapi ada istilah yang juga menggabungkan kata tahi dengan nama binatang, tapi memiliki makna yang bukan negatif: Tahi Lalat! Ada di badan semua orang (ada yg gak punya tahi lalat?).

Ada lagi yang namanya tahi macan. Sebuah paduan kata yang biasanya mengekor pada satu kata kerja "buang". Buang Tahi Macan. Artinya apa? Qeqeqeqe... silakan tanya pada teman-teman pria. Buat yang belum tahu seperti apa bentuknya tahi macan itu, lihat aja gambar di atas. Itu asli, tahi-nya macan. Bentuknya nggak bagus, tapi aktifitasnya (buang tahi macan) banyak yang menyenangi.

Cukup sudah bermain-main dengan makna konotatif maupun denotatif. Sekarang mari kita coba menganalisa lebih dalam dan mempelajari makna serta hakikat tahi. Ternyata tahi punya peranan penting dalam rantai makanan. Hewan makan dari tumbuhan. Makanan diolah dan ampasnya menjadi tahi. Tahi hewan tersebut kemudian diproses menjadi pupuk kompos yang berfungsi untuk menyuburkan tanaman. Tanpa tahi, manusia harus menempuh proses yang lebih panjang untuk membuat pupuk humus.

Jadi ternyata tahi juga punya sisi positif yang seharusnya mendapatkan porsi berimbang dalam penciptaan citranya dalam kehidupan. Sayangnya nilai positif tersebut tertutup oleh paradigma dari nenek moyang kita yang sejak jaman dahulu kala mengajarkan bahwa tahi = jorok.

Sisi positif lain dari tahi adalah saat kata tersebut digunakan secara makna konotatif untuk mengungkapkan perasaan. Bisa perasaan negatif bisa juga perasaan positif. Pernahkan Anda merasa begitu bahagia mendengar lawakan garing salah seorang teman sehingga kata "Taik lu!" keluar dari mulut di sela-sela tertawa Anda? Dalam konteks ini, kata tahi berubah makna menjadi semacam pujian.

Melihat probabilitas yang seimbang antara pemaknaan kata tahi dalam kehidupan, tidak ada salahnya kita mencoba suatu metode baru: berpikir positif. Saat orang lain berteriak pada kita "Taik lu!" dengan intonasi apa pun, kita mencoba menerimanya sebagai pujian. Bahwa orang tersebut kagum dan iri dengan kelebihan yang ada pada diri kita. Dalam etika pergaulan, saat seseorang memberikan pujian maka sebaiknya kita membalas dengan ucapan "Terima kasih". Terapkanlah metode berpikir positif seperti itu maka kehidupan akan lebih damai.


Grey Worldwide, Selasa 5 April 2005, pukul 2:27.

No comments: