Pages

Friday, March 27, 2015

Directioners Yang Berbahagia

Zahra termasuk anak yang punya kemauan kuat. Dia akan lebih memilih menunggu sampai bisa mendapatkan sesuai keinginannya. Saat dia tahu bahwa itu masih dalam jangkauan kemampuan orang tuanya, dia akan terus menagih, berulang-ulang, sampai bisa mendapatkan sesuai keinginannya.

Namun ketika One Direction mengabarkan mereka akan menggelar konser di Jakarta, Zahra sangat antusias untuk bisa nonton. Tapi harga tiket yang tidak bisa dibilang murah; dia minta yang posisinya persis depan panggung; membuat dia kali ini harus mengalah, demi hal lain yang lebih penting.

Berulang-ulang dia selalu bilang, X (temennya) sudah memesan tiket. Berulang-ulang pula kami menjelaskan bahwa jika memang ada kelapangan, dia bisa ikut hadir di konser tersebut. Pelan-pelan, dia pun mengerti (atau pura-pura mengerti). Tidak ada lagi paksaan itu, tidak ada lagi rengekan penuh harap. Bahkan sampai saat hari H.



Maka, saat kemurahan Tuhan dilimpahkan. Rejeki itu jatuh juga. Tiket konser kelas Festival F kami peroleh. Ini adalah kelas festival terjauh. Terpisah hampir setengah panjang lapangan bola. Meski sedikit kecewa, tapi setidaknya dia bisa nonton.

Berdua, saya dan Zahra, menaiki motor ke TKP. Selap-selip di tengah kemacetan agar tidak ketinggalan pertunjukan. Parkir di FX dan kemudian berjalan kaki ke GBK. Akibat kurangnya mencari info seputar acara, saya tidak tahu bahwa gerbang yang sesuai tiket terletak berhadapan dengan jalan Asia-Afrika (sederetan PS dan Senayan City). Sementara kami masuk dari lapangan softball. Semacam jurit malam, jalan kaki 30 menit harus kami lewati.


Rupanya berkah Tuhan tidak berhenti sampai di tiket saja. Entah kenapa, kami bisa melewati penjagaan dan masuk ke Festival A (persis di depan panggung). Zahra terlihat sedikit tegang. Dia nggak banyak bicara seperti biasanya. Saya pikir dia kelelahan. Sampai, ketika kelompok penyanyi2 belia itu muncul di panggung, histeria Zahra tumpah. Jejeritan sampai menangis. Persis kaya' di video-video. Senangnyaaaaaa. Saya merasa jadi ayah yang paling bahagia sedunia.

Lagu demi lagu mengalir. Tidak satu pun yang lepas dari iringan vokal penonton. Ya, Zahra termasuk salah satunya hehehe. Saya seperti merasa ada di arena karaoke masal. Nyanyian penonton terdengar lebih keras dari tata suara yang memang kurang maksimal. Tak terasa hampir 2 jam kami berdiri. Lutut nyeri dan susah ditekuk. Iya... faktor usia (semoga kalian puas dengan pengakuan saya ini hahaha). Perjalanan pulang tidak terlalu terhambat. Ini adalah salah satu keuntungan jadi pemotor.


Sampai di rumah, beres-beres, bersih-bersih (cuci muka dan sikat gigi). Tinggal tidur deh. Sebelum tidur saya sempatkan menengok Zahra. Ternyata dia masih seru dengan tontonan konser tadi yang terekam di iPod-nya. Selamat malam nak, selamat tidur. Mimpi indah yah nanti. Semoga kamu bisa menyadari bahwa rejeki malam itu bukan hanya hasil dari usaha orang tuamu tapi karena kemurah-hatian YME.