Pages

Thursday, November 15, 2007

CurLeLa (Curhat Lewat Lagu)



Curhat sudah jadi kebutuhan dasar manusia. Sepertinya hampir nggak pernah seharipun lewat tanpa curhatan. Entah mencurhatkan atau dicurhati. Mulai dari masalah kecil hingga topik yang berat.

Dengan curhat, orang yang mencurhat bisa jadi lebih lega perasaannya. Sedangkan orang yang dicurhati? Yah gimana suasana psikologis dia aja kali ya. Kalau lagi enak, gak terpengaruh. Tapi pas lagi bete, bisa-bisa kebawa enerji negatif yang di"buang" oleh si pencurhat lewat curhatannya.

Layaknya hukum sebab akibat, curhatan ini juga bisa punya kelanjutan. Salah satunya yang paling sering terjadi adalah makin dekatnya hubungan antara pencurhat dan tercurhat. Yang tadinya cuma teman biasa, jadi sahabat. Yang tadinya sahabat, jadi sahabat karib (kalau kata wong londo: bes pren). Tapi sering juga terjadi kelanjutannya adalah hal yang tidak semestinya tapi mesti untuk dinikmati. Apa itu? Yaaah TST aja lah, tahu sama tempe :p.

Untuk orang yang senang ngobrol, curhat tentu paling enak dilakukan sambil ngobrol. Buat yang seneng nulis, pelampiasannya bisa dalam bentuk puisi atau cerpen. Buat yang seneng musik, curhat itu dilakukan lewat lagu. Kalau penikmat musik, suasana hatinya bisa ditebak dari lagu-lagu yang ada di play list MP3-playernya. Kalau musisi? Nah ini serunya. Musisi-musisi itu sering banget curhat lewat lagu.

Sebenarnya curlela ini bukan barang baru. Dari jadul sampai sekarang pun bisa dibilang hampir semua lagu terinspirasi dari kejadian sehari-hari. Album Pink Floyd "The Wall" misalnya. Semua lirik lagu dalam album tersebut merupakan kisah hidup dari Syd Barret (alm) sang vokalis. Phil Collins pun tak terlepas dari gaya ini (curlela). Saat istrinya; yang sekarang sudah diceraikan; dulu selingkuh, hampir satu album isinya curhatan desye (ada yg tau judul albumnya apa? lupa niy).

Bagaimana dengan situasi di tanah air? Yah... setali tiga uang. Wong curlela ini adalah gejala psikologis dan sosial yang sifatnya universal, wajar sekali kalau musisi kita pun bercurlela. Lucunya, kebanyakan curlelaan para artis-artis tersebut isinya tentang PIL/WIL. Sebut saja mulai dari lagu Kekasih Gelapku, Jadikan Aku Yang Ke-2, Ketahuan, de el el. Sepertinya kegiatan studi banding yang dulu jadi hobinya pejabat, menular ke masyarakat awam tapi dalam bentuk studi banding pasangan qeqeqe.

Nah kembali ke curlela. Salah satu pasangan yang lagi heboh saat ini adalah D-M. D yang merupakan pentolan sebuah grup musik terkenal dengan inisial yang sama dengan namanya (sebuah kebetulan yang sangat narsistis), rencananya akan digugat cerai oleh istrinya, M yang juga pentolan sebuah grup musik duet R. Masalah utama yang menjadi dasar adalah masalah yang tak kunjung selesai (bingung gak lo bacanya? ada 2 kata 'masalah' dalam 1 kalimat :p). D katanya nggak bisa nahan 'kegatelannya', bahkan D ini kabarnya mensyaratkan diperbolehkan berpoligami jika M ingin rujuk (duh M, kalo ini kan bukan hal baru... dari dulu bukannya D udah ngetop doyan cewek? kenapa juga dikawinin).

Dalam sebuah wawancara yang harusnya bertopikkan persiapan album baru R grupnya si M, M pun menyanyikan sebuah contoh lagu yang sudah disiapkan. Ternyata oh ternyata, liriknya merupakan curhatan. Kalau nggak salah ingat ada satu bagian liriknya seperti ini "... aku terima kamu untuk balik, asal kamu jangan nakal..." hahahahaha.

D pun ternyata sudah lebih dahulu melakukan hal ini. Sebelum isu masalah domestiknya terangkat luas ke permukaan, secara strategi marketing dia sudah melakukan aktivitas yang namanya Pre-Emption. Lewat grup barunya TR (yang isinya bule semua kecuali si D ini), salah satu lagu yang kebetulan lagi ngetop sepertinya merupakan curbunglela (halah, ada istilah baru lagi nih). "Malam ini kusendiri, tak ada yang menemani..." (emang si mbak'e kemana mas? sibuk manggung ya? qeqeqe) begitulah salah satu bagian liriknya.

Di sini sepertinya terjadi ambigu. Di satu sisi, para selebritas itu sering mengeluh karena merasa area privasinya dilanggar oleh wartawan, di sisi lain mereka dengan entengnya membeberkan masalah yang seharusnya menjadi area privasi, ke depan publik, tanpa embel-embel tanpa tedeng aling. Dalihnya adalah jujur dan apa adanya. Hm... ternyata batas antara jujur dan ember makin tipis hihihihi.

Kembali lagi ke curlela, saya jadi penasaran. Seandainya orang iklan (hiaaaaa balik-balik lagi ngomongin tentang dunia iklan) yang kebetulan bisa bikin lagu, kira-kira curlelaannya gimana ya? "Malam ini, ku sendiri... tiada AE yang menemani... jobreq baru turun, deadline besok..." hahahahaha.

Tulisan ini sengaja dibuat mbulet untuk sedikit membingungkan pembaca.

No comments: