Pages

Monday, July 31, 2006

Diam = Emas ?

Kamu setuju dengan pendapat itu bahwa diam adalah emas? Saya sangat setuju. Tentu saja kalau kita perlu bicara, kita tetap harus angkat suara. Tapi untuk situasi-situasi yang belum pasti, saya cenderung untuk memilih diam.

Beberapa hari ini, kejadian bertolakbelakang adalah hal yang saya alami. Saya berada pada titik di mana ke-diam-an justru bukan lagi emas. Zahra Syamila, anak bungsu saya, sudah 3 hari melakukan gerakan tutup mulut. Tak lagi banyak celoteh keluar dari mulut mungilnya yang terjepit dua pipi gembil. Tak ada lagi nyanyian-nyanyian sumbang tapi selalu terdengar merdu untuk saya. Tak ada lagi teriakan-teriakan penuh kekesalan saat dia jadi korban kegemasan saya. Dia bahkan berhenti melakukan kegiatan favoritnya: ngemil.

Jamur mulut. Begitu kata dokter. Saya sendiri nggak gitu paham. Tapi kondisinya cukup mengenaskan. Sepertiga bagian bawah lidah Zahra, kulitnya terkelupas. Seperti melepuh. Akibatnya, minumpun menjadi siksaan untuknya. Perut endutnya yang hampir selalu keras, kini mengempis. Yang lebih menyiksa adalah saya kehilangan keceriaannya yang selalu menjadi penyemangat saat saya mau berangkat kerja. Keceriaan yang juga jadi pendorong kangen untuk bisa cepat-cepat pulang ke rumah. Keceriaan yang bisa jadi es pendingin panasnya kekesalan saat saya dan istri bertikai.

Di awal minggu ini, saya kehilangan separuh semangat hidup.

Hiks...

(Cepat sembuh ya nak.)

2 comments:

Anonymous said...

Can you please tell me which language is it.

Anonymous said...

I think it is a Japanese language. However if you would be interested in offline advertising, please check out Web Windows