Pages

Friday, November 12, 2004

Pe-u-a-es-a



Puasa, pu-asa, puas-a.... penggal sana penggal sini hehehehe. Bentar lagi Ramadhan berakhir... gak ada yg tersisa selain kepedihan dan kesedihan. Moga-moga taon depan masih dipertemukan dg bulan yg penuh berkah, rahmah dan maghfirah ini.

Anyway... ada satu fenomena seru di bulan Ramadhan. Orang yg biasanya gak keliatan keIslamannya bisa yg tiba-tiba rajin ibadah. Sayangnya ada jg yg trus jd merasa bangga karena bisa berpuasa... kmudian memandang 'rendah' mereka yang tidak berpuasa. Ar-Rahman berkata dalam hadist bahwa "Sesungguhnya Aku tidak membutuhkan lapar dan haus umatKu". Nah lho... trus ngapain dong di suruh puasa? "Supaya bisa merasakan penderitaan kaum fakir miskin" kata orang. Bull shit dude! Semiskin-miskinnya orang di Indonesia, masih bisa minum gratis dari mata air. Petani di desa yg gak punya tabungan dan dinding rumahnya dari gedeg atap rumbia, bisa makan nasi. Lagian mana ada orang miskin yg gak mampu beli makan & minum dari subuh sampe magrib tp pas bedug pesta pora minum teh, makan enak. Di mana esensinya merasakan penderitaan kaum fakir miskin? Hehehehehe...

"Gila lu Cin. Udah lah, kerjain aja puasa lo.. nggak usah banyak tanya!" Hihihihi... pertanyaan dari seorang kafir tuh. "Haaaah... kafir? Gila lu Cin. Nggak ada manusia yang berhak menilai seseorang kafir atow tidak." Emang... itu benar. Tapi coba lihat dari sudut pandang gw... dg mengerjakan sesuatu tanpa mengerti maknanya itu brarti sia-sia bukan? Sia-sia = mubazir. Mubazir itu perbuatan setan. Dengan melakukan perbuatan setan terus menerus berarti menafikan eksistensi Illahi Rabbi. Apa nggak beda tuh ama kekafiran? Eh, kafir tuh bukan brarti orang yg beragama selain Islam. Kafir = kufur = tertutup. Tertutup apanya? Hatinya! Tertutup dari keberadaan YME.

Jadi hati-hati deh dalam beribadah. Rasul pernah bilang "Tak akan masuk surga seseorang jika masih tersimpan kesombongan dalam hatinya meskipun sebesar biji zahra". Zahra itu bunga. Biji bunga tau kan kecilnya segimana. Bandingin dengan hati. Bukan hati jeroan dude hahahaha. Hati... metafora. Hati yang seperti "bicara dalam hati". Can you describe how big your "heart" is? Nope... zero... null... zip! Pepatah "dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa tahu" itu bener. Nah... bandingkan besarnya biji zahra dengan hati yang luas itu. Nggak ada artinya! Bayangin... sombong yg nggak ada artinya itu bisa bikin lu terhindar dari pintu surga. Ngeri gak sih lo?
Ingat.. "fi ammalu binniat" (amalan seseorang itu tergantung niatnya. Bayangin... syahadat itu kan kunci dari keIslaman. Kalo pas syahadat aja niat kita nggak bener, kita nggak yakin ama syahadat yg kita ucapin, yakin nggak kalo kita udah Islam? Wallahu alam bissawab.

Ok, balik ke masalah puasa. Kalo gw sih ngerasa bahwa hakikat gw berpuasa adalah gw bisa melepaskan diri dari ketergantungan pada hal2 yang bersifat duniawi. Dengan begitu hopefully "gelas keinginan" gw cuma diisi oleh NurNYA. Kondisi ini yang harus dipertahankan. Bisa nggak kita melepaskan ketergantungan akan dunia di bulan selain Ramadhan? It so hard you know. Habibillah aja ampe mengutamakan hal itu dengan perang yang lebih besar dari perang Badar. Saking sulitnya tuh. "Tapi kan nggak mungkin Cin, kita ngelepasin diri dari semua hal yang bersifat duniawi. Emang bisa hidup kalo nggak punya duit?" wow... wow.. hold it there. Fi ammalu binniat. Gimana kita niatinnya dong. Cari duit niat beribadah, dapat pahala bro. Sekarang pernah nggak pada saat kita nerima gaji, yang kita pikirin adalah "Siapa lagi ya yang bisa gw bantu dengan rizki ini?". Well... berbeda dengan taglinenya X-file, kalo gw sih bilang "The truth is in here" (sambil nunjuk dada dan kepala sekaligus). Kenapa gw sebut dengan singular instead of "The truth are in here"? Simply karena niat itu harus tunggal. Niat di kepala maupun niat di hati harus selaras. Gitu kali yeeee...

No comments: