Monday, November 22, 2004
Guitar Freak
Guitar... definitely the perfection of gods’ instrument (harp). Just look at the shape of the guitar... wouldn’t you agree that it has the element of harp but in more sensual look? Well that’s just a subjective opinion... u know, since I was so in love with that “almost like human� thing (it has the head, long neck and great body).
Enough with english words... I’m tired of them. Hehehehe... berikut adalah perjalanan waktu dari gue saat menyelami dan menyetubuhi gitar.
1980 adalah tahun gue mulai tertarik akan keindahan lagu yang bisa dihasilkan oleh gitar. Orang yang bisa disebut “memperkenalkan gue pada gitar� adalah Cuna. Gue masih inget gimana sebagai seorang bocah berusia 9 tahun, gue begitu terpana melihat dia mainin lagu sederhana “Gembala Sapi�. Sejak itu, nggak pernah lewat satu pun hari tanpa ngiangan lagu “Gembala Sapi�. Akhirnya gue belajar (nggak tahan denger nada-nada yang berkecamuk dalam kepala).
Sakiiiiit. Ya, itu hal yang pertama kali gue rasain saat belajar gitar. Ujung jari tangan kiri gue (kecuali jempol) seperti meradang. Tapi nggak sia-sia. Selang beberapa bulan kemudian akhirnya gue secara terbata-bata bisa memainkan lagu “Gembala Sapi�.
Time goes on and on.... hingga suatu hari di akhir tahun 85-an gue ketemu orang bernama Rashid. Gila man, jago banget mainin lagu klasiknya. Sejak itu gue tergila-gila sama musik klasik sampai pertengahan tahun ’87. Nah... di pertengahan taon '87, saat itu ada lomba di sma gw... karena nggak ada yang bisa main gitar, akhirnya gw dipaksa menjadi guitarist dari band kelas.
Sejak itu gw berpindah kiblat dan menekuni gitar listrik. Tapi ada masalah sederhana; gw gak punya gitar listrik. Akhirnya bokap terpaksa ngejual motor seharga 750 ribu (hahahaha... taon gitu, harga motor baru cuma 2 juta man!). Dapet lah gue gitar Aria Pro II dan ampli yang bermerek sama. Dengan dua alat itu, pengembaraan gue dalam dunia “distorted sound� dimulai.
Gw belajar otodidak. Denger lagu, coba mainin. Hasilnya? Ancur! Skill gw nggak terbentuk. Tapi gw keukeuh dong... tetep nekat main gitar. Sempet ngewakilin SMA gw lho... (cuma sekali manggung tapi hehehehe, itu jg karna gitaris lain pada gak bisa main).
Sampe akhirnya gw lulus. Uang pendaftaran ke salah satu universitas swasta yg jadi milik... (gw incidentally keterima di Fisip UI) gw pake untuk beli sound-effect (masih yang stompbox lho...)... and they’re surely made me look cool hehehehe.
Awal kuliah gw diwakili dengan kepopuleran gw sebagai “gitaris metal�. Hingga akhirnya gw bertemu dengan seorang manusia unik yang merubah jalan hidup gw... Dave Lumenta (I owe you big, brother). Dave ini musisi multi-talented yang kemudian membuka khasanah gw terhadap beragam jenis musik lain (terutama blues). Kita sering nge-jam bareng. Kalo ada 2 gitar di kampus, kita pasti nge-jam. Ada satu lagu instrumental favorit gw: Mediteranian Sundance (played by 3 great guitarists: Al Dimeola, John Patituchi & Paco De Lucia... kalo gak salah). Lagu dengan nuansa latin ini membuat gw belajar untuk berimprovisasi secara lebih bebas (progressive chordnya sangat membuka peluang buat berimprovisasi). Gw juga belajar berimprovisasi dengan Iwan Pirous; temen kuliah gw; (permainan gitar kopongnya dahsyat!). Ok. Back to Dave. Dia juga yang memperkenalkan gw sama musisi-musisi lain yang gape-gape. Gw belajar banyak dari mereka... termasuk salah satunya: Baron Suprayogi (definitely the craziest guitarist I’ve ever known).
Beberapa pengalaman manggung gw rasain. Dari proyek teh botol (kelar main dikasih kue kotak dan aqua gelas disertai ucapan “makasih ya...�) sampai jadi nongol di MTV Live ‘N Loud (bareng Singiku). Pernah lagi tengah main listrik mati (acara 17-an & di depok) dan senar fales (baru ganti dan langsung gw pake). But, nomatter how silly it was, it’s gonna be a memorable event that won’t be forgotten.
Tambahan neh.
Gak afdol kaya’nya kalo gw blom nyebutin gitaris2 luar yg jadi role figure gw. Here they are....
1. Eric Clapton
Nih orang milih nadanya bikin hati miris. Biasanya gitaris lain terkenal karena speed, dia malah ngetop sebagai “The Slow Hand�. Ciri khas Clapton adalah dia bisa menggabungkan minor blues scale dan major blues scale dengan manis.
2. Steve Morse
Pengen tauk gimana rasanya scale jazz dipake dalam musik rock? This guy done it and he’s done it very well.
3. BB King
Master of blues. Nada yang dia mainin selalu simple: pentatonic minor scale. Tapi efeknya: unlimited! Hati-hati dengan “colongan� di sela lirik... it surprisingly overwhelming.
4. Eddie Van Halen
Solo gitarnya di lagu “Human Being�.... extra ordinary! You just have to listen to get the feeling. It’s undescribable.
5. Kirk Hammet
The melodious harmonized heavy metal guitarist. Bareng James Hetfield dia bisa bikin komposisi yang sangat harmonis di lagu One & Master of Puppet.
6. Jeff Beck
Dude... he really rocks while playing his slide guitar. Whoaaaaa... there’s emotion in every note he played.
7. Steve Howe
His solo using “steel guitar� in the “Toe The Line� song was the greatest steel guitar solo. The album itself (GTR) is great. He made the album in the co-operation with Steve Hacket.
8. Steve Hacket
The true classical-electronic virtuoso. Just listen to the Genesis songs where he still played. Marvelous!
9. Steve Lukather
16 thumbs up for him. Every solo he plays, none of them is good. They’re all great. I can say that a so-so song can be sound great if it got him playing the guitar. Together with 4 other fellow great musician, they become the greatest band ever: TOTO.
10. Steve Vai
Nobody doesn’t know Steve Vai. The magical of 20th century guitarist. He can make his guitar weeps, sounded like horse, flirts, screams, what ever. It just like... “you name the sound, he plays it for you� guitarist.
11. Ritchie Sambora
Kind of awkward finding his name here? Think again... and listen to his solo in Bed of Roses. For me, it’s the best hard rock guitar solo.
Banyak gitaris lain yang menghasilkan karya-karya legenda seperti Ritchie Blackmore, Jimmy Page, Eric Johnson, Joe Satriani, George Harrison, John Mayall, Frank Zappa, Steve Ray Vaughan, dll. Mereka juga punya kontribusi yang besar terhadap perkembangan gw dalam belajar gitar. God bless them all.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment