Pages

Thursday, January 29, 2009

Jika kamu ingin buat Tuhan tertawa...

ceritakan tentang semua rencana kedepanmu...


atau...


keluarkanlah fatwa bahwa GOLPUT itu HARAM.

Friday, January 16, 2009

Bhinneka Tunggal Ika


Pernahkah kalian berada di antara kumpulan orang-orang yang berbeda?
Dimana perbedaan itu begitu beragam...
Kadang bikin kesal
Kadang bikin keki
Kadang bikin ketawa
Kadang bikin rindu
Kadang bikin pingin nonjok
Kadang bikin mau meluk
Kadang bikin nafsu nampar

Ternyata lebih menyenangkan ya.
Karena hari kita jadi lebih penuh warna.
Karena setiap saat, kejutan baru mungkin saja muncul.
Dan kita pun lebih merasa nyaman.
Lebih merasa diterima...
dan memiliki.

Tuesday, January 06, 2009

Jurnalisme Prikitiw

Salah satu asas penting dalam dunia jurnalistik adalah ketidakberpihakan. Mengingat fungsinya sebagai pewarta, reportase yang disajikan media pun sebaiknya harus bersih dari asumsi, pendapat apalagi opini. Pemilihan angle berita pun tidak selayaknya menjadikan media menjadi berpihak.

Obyektivitas adalah jadi nilai mutlak yang tidak bisa ditawar-tawar. Ini akan jadi parameter kuat untuk menentukan kredibilitas suatu media. Karenanya amat sangat disayangkan jika dalam menayangkan laporan ada media yang bersifat 'menghakimi'. Seperti contoh sebuah berita televisi yang sempat saya lihat pagi ini sebelum berangkat kerja.

Seorang reporter wanita muda, cukup menarik parasnya; mewawancarai anggota geng bermotor yang masih di bawah umur (di bawah 17 tahun). Alih-alih menjadi pewarta yang berusaha mencari gambaran obyektif, sang reporter (yang kelihatan sekali agak gugup dan kurang menguasai bahan liputan) memberikan pertanyaan yang menjurus (leading question).

"Menurut kalian, apakah geng bermotor itu meresahkan masyarakat atau tidak?"
Pertanyaan retorik. Adalah hal yang tabu dilontarkan oleh reporter. Jawabannya tentu saja sudah dapat ditebak. Walhasil pemirsa nggak dapat wacana baru.

Selang beberapa saat kemudian, pertanyaan lanjutan dilontarkan.
"Kapan kalian berniat untuk insyaf?"
Menghakimi. Sebagai pewarta yang baik, tidak selayaknya reporter menempatkan posisinya "di atas" obyek wawancara. Kata insyaf sangat berkonotatif menimbulkan kesan orang yang ditanya adalah pihak yang melakukan kesalahan. Sementara tidak ada proses peradilan di situ. Salah benar itu relatif, tergantung dari sudut mana kita memandang.

Melihat kualitas jurnalisme seperti ini, apa lagi yang bisa diharapkan dari tayangan televisi saat ini? Plis deh.