Pages

Saturday, October 25, 2008

Mulutmu harimaumu

Semalam benar2 moment yang mengejutkan. Tanpa panitia, tanpa persiapan, hanya bermodalkan pengumuman yang terpasang di facebook, teman2 seangkatan di sma sukses berhalal bihalal. Yang datang sampai 50 orang.

Seru sekali. Meskipun sebagian besar yang hadir adalah mereka yang sesekali masih sering ketemu tapi ada juga wajah2 akrab yang sejak lulus 18 tahun lalu nggak pernah lagi saya lihat.

Nggak ada obrolan basa basi. Sejak datang hingga bubar kita langsung heboh. Kelihatan sekali kalau semua sudah rindu untuk mengenang kebodohan masa lalu yang saat ini sangat pantas untuk ditertawakan.

Namanya bercanda memang kalau sudah terbawa suasana kadang jadi lepas kontrol. Saat saya lagi asik ngobrol dengan (sebutlah namanya Ucus) teman yang pernah satu kelas, seorang wanita datang.

Sejenak mereka bertukar sapa yang kemudian dilanjutkan Ucus dengan mengenalkan saya ke wanita tadi. Saat kami bersalaman dia menyebut nama lengkap saya. Wah berarti kita pernah sekelas. Tapi wajahnya tampak asing. Hingga kemudian dia menyebutkan namanya. Wah ternyata dia adalah salah satu gadis yang untuk level saya, sudah masuk kriteria kembang kelas.

Percakapan hangat yang sangat singkat terbangun. Bermaksud baik saya meminta maaf karena tidak mengenali dia langsung. Alasan pun terlontar: 'Lu kaya emak2 sih sekarang..' ME AND MY STUPID BIG MOUTH. Teman tadi sepertinya kesal dan kemudian tidak melanjutkan obrolan lebih jauh. Dan saya dengan suksesnya merusak malam seorang teman lama.

Thursday, October 23, 2008

Kebetulan Yang Memuakkan

Kebetulan salah satu klien kami sedang mengadakan workshop di sebuah hotel bintang lima. Berlokasi di kawasan yang strategis dan berdempetan dengan mall yang mewah, nggak heran kalau hotel ini menjadi titik pertemuan yang banyak digunakan orang.

Kebetulan pula kami harus melakukan presentasi hari itu juga. Jadi meluncurlah saya dan dua teman kantor ke tempat tersebut.

Ruang berpendingin udara sejuk sangat memberikan kenyamanan setelah harus melalui udara Jakarta yang nggak tahu kenapa terasa begitu sangat panas belakangan ini. Sofa empuk berbungkus bahan halus tentu saja sangat memanjakan siapa pun yang mendudukinya. Ditemani alunan musik hidup (live music) dari instrumental piano, presentasi kali ini rasanya jadi lebih gimana gitu... kalau katanya wong londo, sophisticated gitu kali ya.

Duduk di sofa seberang kami, seorang berpenampilan necis berjas mengenakan sorban ala sikh (bener nggak ini nulisnya?). Dari penampilannya yang terawat, pastinya dia adalah seorang pengusaha dengan kehidupan yang mapan (eufemisme dari tajir).

Kebetulan presentasi kami berjalan tidak terlalu lama sehingga memungkinkan kami untuk ngobrol-ngobrol ringan dengan klien. Selang beberapa waktu kemudian datanglah seorang pria lain berpenampilan kasual. Dia bercerutu. Salah satu asesoris yang juga berfungsi sebagai identitas status sosial. Hm... pasti dia adalah salah seorang mitra usahanya. Mereka berjabat tangan erat, melempar senyum ramah satu sama lain.

Tak lama mereka pun terlihat ngobrol dengan serius. Wah pasti urusan bisnis yang nilainya em-eman, atau bahkan bisa triliunan. Wajar saja mereka bertemu di sini. Untuk urusan bernilai besar, butuh tempat yang memberikan kenyamanan setara. Dalam berbisnis, menjaga citra bisa jadi hal yang sangat penting. Kredibilitas perlu didukung dengan penampilan, selera serta fasilitas pendukung yang sederajat.

Kebetulan pria bercerutu tadi memiliki suara besar yang tidak terkontrol gain-nya sehingga membuat kita secara kebetulan mencuri-dengar pembicaraan mereka.

Pria bercerutu bicara pada pria bersorban yang lebih banyak manggut-manggut nunut.

“Situasi sekarang cukup pelik...”. Hm... krisis ekonomi yang melanda sekarang emang berbuntut panjang. Pengusaha-pengusaha kita bahkan kena imbasnya.

“Untuk bisa meraih XXX kursi, partai Z butuh YYY suara. Figur AAA sepertinya masih cukup kuat, tapi butuh dukungan dari si BBB supaya lebih mantap. Partai J pasti akan bereaksi seperti bla bla bla. Tapi kita bisa mengusahakan penambahan CCC jumlah suara. Bukan hal yang sulit....”

Hueeeeeeeeeeeek.... kebetulan denger pembicaraan orang kali ini bikin perut saya mual tiba-tiba. Kalau saja sepatu ini hidup, pasti dia akan melepaskan lilitan talinya untuk kemudian terbang dari kaki saya pindah ke mulut pria bercurut tadi.

Sompret. Kalian ada di ruang yang serba nyaman dan mewah ini membicarakan nasib kalian tanpa memedulikan nasib masyarakat yang menafkahi kalian? Coba deh kalian sekali-kali ngobrol dengan Pak Kumis, tukang becak dekat rumah saya. Di usianya yang sudah kepala lima dia masih harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Tolong sempatkan ngobrol dengan office boy di kantor saya yang kalau nggak ada lemburan di kantor akan kesulitan mencari tambahan untuk biaya pendidikan anak-anaknya yang tinggal di kampung.

Kalian seharusnya sadar, posisi kalian itu adalah dipilih yang semestinya berdasarkan kepercayaan. Bukan atas dasar strategi kuat yang semata-mata demi mencapai perolehan suara. Tiap suara itu amanat yang akan kalian pertanggung-jawabkan dunia akhirat. Itu bukan hasil transaksi jual-beli putus.

Semoga suatu saat ada wakil rakyat yang memang duduk di sana karena “tuntutan rakyat”. Yang akan berjuang sekuat mungkin demi kesejahteraan orang yang percaya padanya. Bukan demi kenyamanan dan kemewahan fasilitas duniawi. Bukan demi ratusan juta rupiah dari ‘tanda terima kasih’ atas tender-tender dan proyek-proyek yang mereka setujui.

Monday, October 13, 2008

Menjelang Titik 0

Pernah nggak kepikir kalau jam itu mirip sekali dengan siklus hidup. Kita nggak bisa mengulang apa yang sudah lewat tapi kita masih bisa menyiapkan untuk yang berikut.
Saat berada dalam satu time frame kita terikat dengan segala sebab akibat yang terkait dari jalan apa yang kita pilih.
Di tiap time frame kita selalu dapat kesempatan untuk tiba di satu titik. Titik dimana menjadi awal sekaligus akhir. Di titik itu kita bisa sejenak melepaskan penat untuk sesaat melihat jejak yang sudah kita tinggalkan. Kalau beruntung, jejak itu terlihat indah. Lain sekali jika kita kurang beruntung.
Apa pun, titik itu sangat patut disyukuri. Banyak hal bisa kita pelajari saat berada di titik itu. Titik yang sebentar lagi akan mengetuk pintu kehidupan saya. Yang sejenak meminta saya untuk bisa memberi perhatian dan penghargaan atas segala remeh temeh yang dititipkan sang detik, yang dipinjamkan sang menit.
Baik lah. Sang waktu, saya siap menikmati suguhan2mu berikutnya. Terima kasih untuk kemarin dan saat ini. Esok, silakan hadir untuk kemudian menghilang.

Kemauan dan keinginan

Bagaimana dia bisa tahu maumu kalau kamu saja tidak pernah memberitahu maumu. Saya rasa, tahu pun tidak dirimu akan maumu. Kamu hanya merasa bahwa kamu tahu akan maumu padahal yang kau lakukan hanyalah menuruti keinginanmu.

Tuesday, October 07, 2008

3x Stupidity

do u have any suitable idiom 4 a person who kept doing the same stupidity till 3 times though he/she does aware it that it was definitely a misconduct no matter what the reason is?

Monday, October 06, 2008

Love Paradox

if u luv someone so much and u don't care if he/she hurts u as long as he/she stays livin with u, wouldn't it better if u just don't care for him/her without having to luv him/her?