Pages

Monday, July 28, 2008

Baru Bisa Asik, Udah Terusik



Belum ada 4 bulan dalam genggaman, baru aja bisa konek ke Mac untuk akses internet, kita harus berpisah untuk sebulan, cuma gara-gara fitur getarnya nggak berfungsi.

Duh gusti...

Kalau saja brand lain (yang bergambar buah kegigit itu lho), pasti langsung diganti baru :p

Monday, July 21, 2008

Oleh-Oleh Dari Padang

Mushalla bertegel biru
(texture keramiknya agak gimana gitu ya :p)




Tahu isi ..... bihun!




Pagar (sebuah kampus) multi fungsi


Hasil Foto Istrikuw

Menggunakan Sony Ericson K7701i, ternyata istriku bisa motret... :)


(keramba di sore hari)

Friday, July 18, 2008

Kenyamanan Di Tengah Keterasingan

3 hari 3 malam saya habiskan di Maninjau. Ini adalah sebuah desa di wilayah barat Sumatera yang merupakan kampung dari ibu mertua saya. Jaraknya 3 jam perjalanan dari Padang, ibu kota propinsi Sumatera Barat.

Sebuah desa yang mengelilingi sebuah danau. Untuk mengelilingi danau Maninjau membutuhkan waktu sekitar satu jam lebih perjalanan menggunakan mobil. Diameter danau ini menurut penduduk setempat sekitar 8km. Karenanya wajar kalau di wilayah ini masih terbagi lagi dalam beberapa suku kecil. Istrikuw termasuk dalam garis keturunan warga Koto yang mendiami wilayah Kubu Baru. Karena menggunakan pola matrilineal, keluarga Koto itu didapat dari garis keturunan pihak perempuan. Jadi anak perempuan saya, Zahra Syamila termasuk dalam warga Koto.

Suasana tradisional di desa ini masih kental terasa meski di beberapa area, persentuhan dengan dunia modern sudah terjadi. Saluran televisi; meski tidak semua; tapi sebagian besar bisa didapat menggunakan parabola. Tidak hanya siaran lokal, beberapa siaran negara lain pun bisa tertangkap.

Pola hidup mereka begitu sederhana. Sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian dengan berniaga. Lahan pertanian tidak terlampau luas dan kebanyakan habis dikonsumsi oleh warga setempat. Bidang usaha lain yang sudah setahun lebih menjadi 'trend' adalah beternak ikan di danau menggunakan karamba.

Karamba ini letaknya agak menjorok ke arah tengah danau dan dibiarkan mengapung menggunakan batangan-batangan bambu besar. Satu keramba berukuran sekitar 5x4 meter. Setiap hari, Ilham dan Zahra selalu menyempatkan diri memberi makan ikan-ikan tersebut. 3 kali sehari, pagi, siang dan malam. Satu keramba menghabiskan sepertiga karung makanan yang sekarungnya seharga 170 ribu rupiah. Jadi satu karung itu biasanya habis dalam 3 hari.

Mengingat letaknya yang cukup jauh dari kota, meski tidak sepenuhnya benar, wilayah ini bisa dianggap cukup terasing dari keramaian. Jam 8 malam, jalanan utama sudah sepi. Hanya kendaraan pribadi yang sesekali lewat. Kebanyakan adalah truk kecil yang mengangkut ikan untuk dibawa ke wilayah lain seperti Bukit Tinggi, Padang Kota bahkan Pekanbaru.

Untuk menonton televisi, saya rasa waktu yang tersedia tidak sebanyak kita yang tinggal di perkotaan. Penduduk setempat biasanya sudah bangun pukul 5. Shalat subuh dan kemudian menyiapkan diri untuk rutinitas harian. Bagi mereka yang berdagang makanan, biasanya malah sudah mulai memasak sejak pukul 3 pagi.

Layaknya masyarakat di wilayah yang kecil, mereka semua ramah-ramah. Senyum bukan lah hal yang sulit untuk ditemui. Setiap bertatap muka dengan pendatang, mereka pasti selalu melemparkan senyum. Yah beberapa orang memang masih menatap dengan tatapan asing, tapi yang seperti ini sangat sedikit sekali.

Selama di sana saya sama sekali tidak merasa seperti orang asing. Sebuah situasi yang amat sangat berbeda dengan kehidupan Jakarta yang biasa saya jalani. Dalam bis saja yang duduknya berhadap-hadapan, jangankan bertegur sapa, bertukar senyum saja kita sudah enggan. Sebuah situasi yang seringkali membuat saya merasa terasing di tengah keramaian.

Monday, July 07, 2008

Mas Iam disunat

Pagi ini mas Iam disunat.
Kebetulan liburan... kebetulan biayanya lebih murah daripada di Jakarta.
Pagi ini mas Iam bicara tanpa ada ketakutan saat ditelepon.
Kebetulan bapaknya nggak bisa nemenin karena beda pulau.
Pagi ini mas Iam akan melewati sesuatu hal besar dalam hidupnya.
Kebetulan bapaknya juga tersita waktu akhir pekannya karena lembur.

Nggak tahu kenapa, pagi ini saya rindu sekali dengan dia.

Wednesday, July 02, 2008

Murdered by number


MVO1: "Heh, tempat lo denger-denger lagi nyari orang ya?"

MVO2: "Kayanya gitu deh... kenapa?"

MVO1: "Gue mo nyoba."

MVO2: "Lho, bukannya elo baru aja ngajuin surat minta naik gaji? Nggak berhasil?"

MVO1: "Kenaikan sih signifikan, tapi gue masih ngerasa masih tetap di bawah standar."

MVO2: "Emang yang standar itu berapa?"

MVO1: "Mustinya sih di atas yang gue dapat. Makanya gue mo cek pasar."

Thrilling music start.

ANNCR: (echoed voice) "Di atas langit selalu ada langit. Kapan cukup itu bisa didapat?"

Cartoony music start: "Pesan layanan perasaan ini disampaikan oleh bucin dot multiplai dot kom bekerjasama dengan Anda yang mau membacanya."

SFX: devil's laughing fading out.

Tuesday, July 01, 2008

My Today's Favourite Quote

Ini saya ambil dari salah satu tips yang ada di multiply.

"You don't have to be a great writer to write great blog entries; everyone has something they'd like to say..."

Buat semua teman di luar sana (enakan bahasa Inggrisnya ya), mari menulis!

Cross Posting - The Return

Akhirnya saya bisa melakukan cross posting antara multiply dan blogspot. Tadinya saya pikir kalau mem-posting lewat e-mail itu bisa otomatis cross posting ke blogspot, ternyata tidak. Fitur cross-posting ke blogger cuma bisa diaktivasi hanya jika kita mengakses lewat website multiply.com. Kalau lewat e-mail, dia hanya otomatis melakukan posting ke multiply. Saat kita meng-edit postingan itu, fitur cross-posting tidak muncul.

Begitulah. Semoga bermanfaat. Memang sangat terlambat, tapi lebih baik dari tidak sama sekali. (iya iya... saya emang seneng ngeles. dari les gitar sampai les balet huahahaha... garing mode is on. harap maklum, didera lembur berhari-hari nih.)

Creativity Knows No Boundary

Saya pernah bertanya pendapat salah seorang senior atas hasil karya tulis saya.
"Gimana, udah ok belum?"
Pertanyaan yang penuh harap. Berharap dia akan memberi masukan-masukan yang bermanfaat. Berharap dia bisa menunjukkan saya pendekatan yang beda, yang bisa membuat tulisan lebih tajam.

Tapi jawaban yang saya terima sungguh di luar dugaan. Dia bilang, "Elo udah puas belum?". Saya malah jadi bingung, secara dia lebih kaya pengalaman, mustinya bisa menunjukkan kekurangan saya. Eh ini malah nanya balik.

"Hm... udah sih."

"Kalo gitu ini udah ok."

"Lho... kok gitu? Masak sih?"

"Nah berarti elo belum puas."

"Udah kok. Tapi kan elo lebih ahli jadi bisa nunjukin kekurangannya di mana?"

"Kreativitas itu nggak kenal cukup. Selama elo masih mau menggali, akan selalu terbuka peluang untuk "penyempurnaan". Jadi masalahnya sebenarnya bukan udah ok atau belum, tapi elo udah puas belum?"

"Hm.... gitu ya. Ya udah deh. Puas."

"Kalo gitu, ini udah ok."

"Hehehehe... thanks yah..."


Didedikasikan untuk semua teman yang sudah mengorbankan darah, keringat dan air mata dalam berkarya. Kesempurnaan itu nggak akan pernah cukup, yang penting kita sudah berusaha keras memberi yang terbaik.

Komunikasi yang komunikatif

Sesering apa kita mencoba berkomunikasi?
Sesering apa kita mencoba memahami komunikasi?
Sesering apa kita menggali ide komunikasi?
Sesering apa kita mengasah strategi berkomunikasi?

Katanya bekerja di bidang komunikasi.
Katanya spesialisasinya mengolah komunikasi.
Katanya...
Katanya...

Ternyata nggak komunikatif.

Sigh.