Pages

Wednesday, April 02, 2008

Roy Suryo VS Blogger

Belakangan marak sekali dibahas masalah tudingan Roy Suryo terhadap blogger Indonesia yang seolah-olah katanya menjadi biang keladi dari penelusupan hacker ke situs Golkar dan Depkominfo. Komunitas blogger yang merasa dituding, secara tidak langsung mengadakan penggalangan massa dengan menayangkan tulisan tentang tuduhan Roy yang memang tak berdasar itu.

Sesaat saya penasaran. Roy Suryo... apa mungkin mengeluarkan statement rendahan seperti itu? Saya langsung memanfaatkan Om Google untuk mencari informasi yang bisa memperkuat asumsi saya yang notabene senada dengan concern para blogger.

Dari hasil pencarian yang sangat singkat itu saya berhasil mengumpulkan link-link dari situs resmi yang mengutip pernyataan Roy Suryo.

1. Situs Antara
2. Situs Republika
3. Situs DetikNet
4. Situs Indocommit >>> (di sini yang bikin ramai hehehe)

Dari 3 situs pertama, jelas sekali dikutip bahwa Roy menuding kemungkinan blogger negatif berada di belakang kejadian yang menimpa situs Golkar dan Depkominfo. Tidak ada menyebut nama atau mengatakan blogger secara keseluruhan. Tapi di situs yang ke-empat, nah di situ yang jadi masalah. Roy secara terbuka menuding "Enda CS sebagai kemungkinan biang keladi..".

Sampai kata "kemungkinan", mungkin masih bisa diterima. Namanya juga kemungkinan, mungkin benar, mungkin juga salah. Tapi pencatutan nama Enda CS yang dikategorikan sebagai blogger negatif... naaaah ini yang patut dipertanyakan. Apalagi kapasitas dia di situ adalah sebagai "pakar telematika".

Menarik untuk diikuti bagaimana kasus ini akan berkembang nantinya. Saya pribadi sih merasa bahwa pernyataan Roy itu makin mempertegas bahwasanya asumsi saya terhadap kapabilitas Roy selama ini KEMUNGKINAN adalah sangat sangat valid. (pengulangan kata memang disengaja; red.)

Mungkin lho ya... :p

Art of war? Asaiwar!!!



Beberapa waktu lalu, saya kebetulan main ke salah satu kantor tempat saya pernah bekerja. Suasananya masih seramah dulu. Beberapa perubahan kecil di sana sini nggak membuat sedikitpun kenyamanannya hilang. "Hm... nggak heran banyak yang betah kerja di sini" batin saya.

Lagi asik duduk di lobby tiba-tiba Harimukti muncul agak tergesa-gesa. Muka halusnya masih tetap terawat. Dia memang pria metrosexual sejati. Jarak 5 meter, wanginya udah nyampe duluan.

"Hi Cin, pakabar lo? Wah, tumben main kemari" penuh semangat dia menyapa dan langsung duduk di kursi samping saya. Beberapa cerita lama kembali dinostalgiakan. Keluhan tentang beberapa klien masih ada (duh plis deh, hari gini ngomplenin klien, sampai iklan serial penyedia selular muncul dengan perkawinan ke-4-nya; yang entah nantinya dengan hewan apa; juga nggak bakal hilang tuh masalah).

Sedang asiknya ngobrol, tiba-tiba Sangaji melintas. Dia jalan berdua dengan Peter. Mereka sepertinya terburu-buru sehingga saya nggak sempat berbasa-basi panjang lebar. Keduanya tampak sangat akrab.

Setelah mereka menghilang, saya nanya ke Hari, "Eh, Peter bukannya dulu musuhin Sangaji? Kok sekarang..."

"Itu dia," potong Hari. "Kaya'nya Sangaji habis baca buku Sun Tzu - The Art of War. Nggak tauk gimana ceritanya, pokoknya Peter berubah jadi baik ke dia".

Sangaji memang sangat senang membaca. Tapi saya nggak yakin dengan hipotesa Hari karena Sangaji itu polos dan cenderung naif. Bacaannya pun biasanya yang ringan-ringan. Obrolan dengan Hari pun berakhir setelah di menit ke-45, SMS dari istri muncul. Isinya sangat singkat dan padat, cuma 3 kata, "udah malam, pulang!".

Besoknya saya nge-buzz Sangaji lewat YM.
bucin: Ji, hebat lo sekarang...
sangaji: hebat apaan? gue sih masih gini-gini aja lah. tetep pegawai.
bucin: bukan, maksud gw, lo udah ngapgred bacaan lo
sangaji: maksudnya?
bucin: lo udah baca buku Art of War ya? kok Peter bisa baek gitu ke elo. lo udah melakukan strategi peperangan yang dahsyat :p >>> kalau di YM, muncul emoticon muka nyengir sambil meletin lidah
sangaji: ah, nggak lah
bucin: terus, lo apain? lo pelet?
sangaji: :)) >>> ini gambarnya emoticon terbahak-bahak
bucin: ketawa lagi...
sangaji: nggak kok. gue sih ambil gampangnya aja. musuh gue; well... setidaknya orang yang menganggap gue musuh lho ya, gue sih nggak pernah musuhin orang; itu kan mungkin banyak. daripada ribet, ya gue jadiin temen aja.
bucin: dapet darimana lo strategi itu?
sangaji: dari buku matematika anak gue yang SD. teman itu ibarat garis bilangan. kita di titik 0, temen yang baik ada di area positif, temen yang nggak suka sama kita di area negatif.
bucin: ok, terus?
sangaji: ya udah, gue tinggal nyari cara supaya orang-orang yang ada di area negatif ini berkurang. dihilangin kan nggak mungkin? masak mau lo bunuh tuh semua orang yang nggak suka sama elo?
bucin: hahahaha terus lo apain?
sangaji: nggak ada. gue baikin aja.
bucin: mereka nggak curiga lo punya maksud tertentu?
sangaji: itu elo kali, kalo gue sih tulus aja. terserah mereka mau curiga apa nggak. tapi ternyata so far, ketulusan itu terbukti manjur kok. alhamdulillah, orang-orang yang tadinya kelihatan ada jarak sama gue sekarang udah berubah.

Desss... sesederhana itu ternyata.

Tiba-tiba muncul chat box dari id-nya Harimukti. Textnya warna merah tebal dengan tulisan "BUZZ....". Kotaknya bergetar hebat sekitar setengah detik. Saya balas:
bucin: bentar, lagi ngobrol sama Sangaji
harimukti: bener kan kata gue, dia udah baca buku The Art of War...

"War war asaiwar...!!!!" kata saya dalam hati sambil menutup semua chat box karena bos baru aja ngelongokin kepalanya di pintu ruangan sambil nyengir-nyengir kuda menyuarakan undangan yang lebih tepat disebut instruksi "Semua ke ruangan saya ya...".