Pages

Friday, February 29, 2008

Drum Band SD Mexico Strikes Back


Darunnajah 5th Marching Band Competition
Istora Senayan, 23-24 Februari 2008

Kategori Junior Pianika, drumband SD Mexico berhasil jadi juara umum (alhamdulillah). Bahkan dapat kesempatan tampil ke-2 kali pada acara penutupan.

Piala-piala yang berhasil digondol:

JUARA 1:
- Field Commander
- Field Majorette
- Solo Percussion
- Busana Field Commander
- Busana Color Guard
- Busana Tim
- Music Analysis ....... (? gak ketangkep jelas)
- Music Analysis Percussion (?... tauk bener apa nggak)
- Color Guard (gerakannya, kalau yg di atas... pakaiannya)
- General Effect
- Keseluruhan (JUARA UMUM)

JUARA 2:
- Solo Pianika
- Display

And if you wonder how amazing these kids can be, just take a look at the footage. Click here to see pictures and here to watch videos.


Sneak peek:




Rock Neper Dai'


Biak, Papua 1 November 1947 - Jakarta 28 Februari 2008

Bangun Sugito atau yang lebih dikenal dengan Gito Rollies sudah jadi salah satu icon musik rock Indonesia. Penampilannya yang atraktif memiliki keunikan tersendiri, sepertihalnya karakter suaranya yang unik. Beberapa orang bilang suaranya mirip dengan Rod Stewart, tapi menurut saya sih nggak ada deket-deketnya. Sama cuma di seraknya aja.

Terus terang saya nggak gitu paham amat dengan perjalanan karir Gito. Ketemu pun cuma satu kali di sebuah perayaan ulang tahun setasiun televisi negeri ini pada tahun 90-an. Tapi di satu kali pertemuan itu cukup bisa merubah pandangan saya terhadap sosok bintang rock. Dibalik penampilannya yang urakan dan berkesan glamour, Gito ternyata orang yang rendah hati. Dia bisa bercanda lepas dengan siapa saja. Dengan suka rela foto bareng tapi lalu pamerin gayanya yang menurut saya sih cukup tengil :p

Selamat jalan Gito Rollies. Teruslah kumandangkan alunan suara rock mu di sana. Sementara kami di sini melantunkan pelan lagu Astuti sambil membayangkan gaya khasmu saat bernyanyi (memutarkan kaki kanan di kaki kiri lalu melakukan gerakan berputar 360 derajat). Kenanganmu akan hidup terus selama bendera rock masih berkibar. Seperti kata orang sunda, "Di die mah rok neper dai'!"

Thursday, February 21, 2008

Dulu Lebih Seru!

Sebuah acara, di salah satu setasiun televisi swasta, menayangkan liputan mengenai sebuah milis yang berbendera jaman. Menarik (setidaknya buat saya) karena milis ini beranggotakan mereka yang tumbuh besar di jaman yang sama dengan saya. Rasanya lucu aja bisa melihat kembali orang-orang dewasa (belum tua lho...) memainkan permainan yang lagi nge-trend saat itu tapi kali ini bersama anak mereka.

Dua bintang tamu yang diambil dari pengurus milis dengan penuh antusias dan semangat nyeritain serunya moment-moment pas kopi-darat. Ngobrol tentang musik, film, gaya pakaian... apa pun lah. Pokoknya segala hal yang menjadi sahabat keseharian mereka. Bernostalgia memang selalu menyenangkan.

Lalu, biasa lah... dibuka kesempatan untuk penonton menelepon ke studio. Antusias penelepon nggak kalah seru. Ada yang mampu kembali mengangkat sebuah trend sesaat masa itu. Begitu singkatnya life-cycle trend itu, sampai-sampai saya yakin nggak banyak yang mampu mengingatnya. Hingga satu kejadian yang cukup bikin saya ill-feel. Seorang penelepon bercerita dengan penuh semangat mengenai kenangan di masa tersebut. Tapiiii waktu ditanya sama presenter, apa yang menurut dia menarik dari masa-masa tersebut, jawabannya bikin saya menciut.

"Semuanya menarik. Musiknya lebih seru kalau dibanding musik-musik sekarang....bla bla bla". Des! Tiba-tiba antusiasme saya meredup, penjelasan dia berikutnya bikin saya nggak minat lagi mendengar celotehnya.

"Musik dulu lebih seru..." hm... sampai di sini oke lah. Tapi lanjutannya itu lho "...dibanding musik-musik sekarang...", duh... kok ya bisa sampai segitunya. Ingatanpun bergulir pada suatu peristiwa antara saya dan ibu saya. Saat itu saya sedang nonton video dokumentasi band kami yang lagi manggung di sebuah acara kecil-kecilan. Buat saya, saat itu penampilan kami sudah cukup optimal. Latihan serius hingga beberapa kali. Crowd juga cukup terhibur. Sebagai anak tentu saja ada harapan bahwa ibu saya akan memberi compliment atas penampilan anaknya. Tapi komentar ibu saya adalah "Lagu kaya' gitu kok dimainin...". Terus terang saat itu saya cukup miris mendengarnya. Ibu saya nggak suka penampilan anaknya cuma karena jenis lagunya nggak masuk dengan selera dia.

Kembali pada komentar si penelepon yang membanding-bandingkan tadi, saya lalu berpikir, apa iya orang harus terjebak dalam era keemasannya masing-masing? Apa iya era kita akan selalu jadi lebih baik dibanding dengan era anak-anak kita nanti?

Hm... anyway, hak si penelepon lah untuk bicara seperti itu. Fridem of ekspresyen yu now. Buat saya sendiri, moga-moga anak saya nggak perlu ngerasain hal seperti apa yang saya alami. Sementara ini, saya selalu berusaha (sangat keras) untuk bisa menerima hal-hal baru sambil tetap menikmati masa-masa dulu. Seperti rencana nonton Helloween besok malam, kedengarannya menjadi hal yang menarik. Setidaknya jauh lebih menarik dari pernyataan "Musik dulu lebih bagus dari musik sekarang".

Milis yang saya ceritakan di atas punya blog juga lho. Klik aja di sini.

Tuesday, February 12, 2008

Pesta Pernikahan (Me)-Rakyat

Bayangan seperti apa yang terlintas saat kita mendengar kata ‘tamu resepsi pernikahan’?
Setelan jas atau minimal berbatik ria. Sedikit semprotan minyak wangi (atau banyak?). Gel rambut buat mereka yang senang akan gaya rambut berdiri. Untuk mereka yang agak dewasa (kalau tidak boleh menyebut setengah tua) bergaya konservatif, minyak rambut yang membuat kokoh sisiran lurus ke belakang biasanya jadi andalan.

Bagaimana dengan parkir? Buat yang rela merogoh kocek sekitar lima sampai sepuluh ribuan, fasilitas valet parking sudah banyak tersedia. Buat yang ngirit (baca: budget pas-pasan; red.) lebih memilih sedikit melatih kesabaran dan mempertajam kejelian mencari spot parkir kosong.

Tapi... pernahkah terlintas untuk menghadiri pesta pernikahan dalam kondisi belum mandi, agak berkeringat, mengenakan kaos dan bahkan bercelana pendek sambil membawa peralatan olahraga (tapi bukan pernikahan bertema pesta kostum)?


Friday, February 08, 2008

Bucin & Dian Sastro

Nggak! Saya dan Dian Sastro (DS) nggak ada hubungan apa-apa. Dulu sekali pernah ketemu untuk urusan kerjaan, itupun hanya dua kali. Sempet ngobrol, tapi nggak pernah akrab. Dia juga sudah pasti nggak inget saya.

Saya cuma berusaha jadi trendy. Secara DS sekarang punya status tambahan sebagai blogger, sebagai sesama peng-go-blog, saya ikut ngerame-ramein suasana dengan masang link ke blognya dia.



Tapi ada satu masalah. Saya bingung mau pasang dia dalam kategori yang mana. Di bloglines saya, cuma ada 4 kategori: advertising, friends, must read dan terakhir zzz nggak jelas.

Kategori pertama, jelas bukan. Meski profesinya sering bersinggungan dengan dunia periklanan, blog DS tidak ada sangkut pautnya dengan industri yang sudah hampir 9 tahun ini saya geluti. NO DEAL! Next...

Kategori ke-2: friends.
Ini jelas ndak mungkin. Saya sangat kenal DS dan dia sangat ndak kenal saya. Jadi, lupakan saja status ini. NO DEAL! Next...

Kategori ke-3: must read.
Hm... wah dipanggil sama client service. Bentar ya... review internal dulu.
Btw, NO DEAL. Next...

Dengan segala hormat, mbak DS maafkan kekurangmampuan saya mengelola kategori. Untuk sementara ini, ruang yang tersisa baru ada di kategori terakhir.

Ada yang bisa kasih usul penamaan kategori baru yang lebih tepat untuk blognya mbak DS? Silaken lho...

Terimakasih Faceboook

Masih ingat dengan keribetan dari request-request dan invitations di facebook saya?
Masalah terselesaikan. Sebenarnya solusi ini sudah lama muncul tapi baru sempet di-post (maafkan atas keleletan saya meng-update blog).

Dan inilah solusinya....
(SFX: jeng jeng - seperti suara Windows 3.11 waktu start up).