Pages

Monday, April 03, 2006

Dua Kutub Magnet -- KLa 5enses

3 jam menjadi penikmat konser KLa, membawa banyak hal buat saya. Selain hiburan rohani berupa lagu-lagu, saya juga sempat menikmati hiburan jasmani dari para penonton yang datang. Komunitas yang bukan heterogen membuat gaya-gaya penonton bisa dibilang "masuk" dengan selera idaman saya.

Di luar itu, ada hal menarik untuk saya renungkan. Sebuah nilai pembelajaran bahwasanya usia memang nggak bisa bohong. Mau bedandan seperti anak jaman sekarang, mau dengerin lagu-lagu masa kini, tetep aja yang namanya karakter nggak bisa diganti. Kalo pun mau dicoba untuk berubah, yang ada malah maksa. Hal ini lah yang terjadi pada konser KLa Senses.

18 tahun berkiprah di industri musik, buah karya seniman yang dahulu remaja ini sudah diakui dan tak perlu pembuktian lagi. KLanis (istilah untuk para penggemar KLa) yang dahulu ranum-ranum kini tak lagi nikmat dikulum. Perjalanan waktu secara otomatis mendewasakan mereka (setidaknya segi usia). Kedewasaan ini tampaknya belum mampu ditangkap oleh KLa. Entah kenapa, saat orang banyak melakukan penyempitan pasar (biar lebih fokus), KLa malah berusaha untuk meng-grab pasar seluas mungkin. Akibatnya KLa kehilangan kesejatian mereka. Dari sebuah grup yang sederhana, lagu yang sederhana dengan lirik yang puitis, KLa seolah mencoba bermetamorfosis menjadi grup yang glamorous (mungkin karena pertimbangan nama besar).

Dari sekitar 18 lagu yang dibawakan (kalo gak salah hitung lho ya), KLa mencoba memberi sentuhan aransemen baru di setengah porsi pertunjukan mereka. Tapi sayangnya, karakter KLa yang sudah kuat terbentuk malah nggak masuk dengan semangat masa kini yang coba diangkat dengan mengandalkan dua personil muda; Harry (drum) & Yul (gitar). Hadirnya dua bintang tamu generasi masa kini (ta'elah istilahnya huahahaha) Andi /rif & Dewi Sandra akhirnya malah seolah-olah jadi daya tarik tersendiri yang justru mengalahkan pamor Katon yang malam itu entah kenapa memilih aksi panggung seatraktif Nugie; adiknya; (haloooow... Katon, u there dude? What the hell were u tryin to do man?).

Adalah merupakan bentuk keindahan malam itu saat mendengar beberapa lagu yang aransemennya tak jauh dari bentuk aslinya. Kehadiran Lilo yang memang cuma tempelan, ironisnya justru mengangkat karisma KLa malam itu. Suka atau tidak, sosok tiga orang itu memang sudah sangat kuat sebagai elemen dasar dari KLa Project. Walhasil, 2 lagu yang menghadirkan Lilo sebagai bintang tamu, buat saya secara emosional justru bisa menghadirkan sosok besar KLa Project malam itu. Atau saya cuma sekedar terjebak dalam semangat romantisme mungkin? Yang jelas, KLa 5enses buat saya lebih merupakan moment temu kangen dengan lagu-lagu KLa. Kebetulan pula malam itu reportoir KLa hampir semuanya terdiri dari lagu-lagu lama.

Sepertinya KLa harus mulai menyadari bahwa dua kutub magnet bernama idealisme dan kapitalisme memang lebih sering tak bisa sejalan. Di titik ini, sepertinya mereka sudah harus menentukan pilihan. Berusa membuat adonan multi gaya rasa (yang menurut saya sama sekali nggak kena dengan jiwa KLa) atau kembali menyuguhkan ala tradisional yang sesuai dengan karakter KLa dahulu. Kalaupun ingin memberi sesuatu yang baru, sebaiknya Katon dan Adi mengubur nama besar KLa Project dan menjadikannya legenda hidup, lalu kemudian membentuk project baru dengan nama baru. KA Project: Katon-Adi Project. Qeqeqeqe...


Another time it might have been so different
oh if only we could do it all again
but now it's just another fading memory
out of focus, though the outline still remains

Far away, away, fading distant lights
leaving us all behind, lost in a changing world
and you know that these are the days of our lives
so remember

Like the story that we wish was never ending
We know sometime we must reach the final page
still we carry on just pretending
that there'll always be one more day to go

(Fading Light by GENESIS)