Pages

Tuesday, September 27, 2005

BADAAAAAAI....!!!!!




"Eh, kalo diginiin asik gak?"
"Asik tuh... tapi masih plain. Diapain lagi gitu..."

Kosrak-kosrek bikin scetch di atas kertas kosong. Gambar dengan bentuk nggak jelas terbaca samar-samar.

"Tuh keren digituin."
"Iya... tapi kok ada yang kurang. Apa ya..."

Diam sejenak sekitar 3 menitan. Masing-masing sibuk dengan dunianya sendiri.

"Ok. Kita punya A, punya B. A diwakilin ini, B diwakilin itu. Ketangkep nggak?"
"Buat gua sih jelas."
"Gua juga suka, tapi masih ada yang belum klik."

Kosrak-kosrek lagi.

"Kalo gini gimana? Lebih cepet nih..."
"Iya sih. Tapi gue ngerasa emosinya jadi kurang."
"Tapi lebih deket kan?"
"Iya. Tapi... ah... nggak tauk deh."
"Jangan gitu... ngomong aja. Bebas kok."
"Ya itu tadi. Masih kurang isinya."
"Hm... iya juga sih. Masih bisa dimainin lagi."

Diam lagi. Kosrak-kosrek lagi.

"Kalo pake icon lain bisa gini nih."
"Itu seru juga, ditambahin elemen ini aja."
"Boleh... biar dramatis dikit."
"Yoi... keren. Keren."
"Eh, tapi ini masih bisa dibalikin ke approach yang tadi."
"Iya ya. Lebih cepet dan lebih nonjok."
"Sip... sip."
"Nanti dibikin serial aja. Versi gini, versi gene, sama verso gono."
"Yoi... asik tuh. Tapi kalo direject gimana?"
"Ah, eksekusi aja ndiri. Sewa property, pinjem camera, digital printing. Kelar deh. Jadiin aja poster. Pasang di eventnya trus kirim."
"Siapa yang mo bayar? Mahal kan?"
"Saweran aja semua. Siapa yang nyawer, namanya masuk."
"Hahahaha... merek banget sih."
"Habis mo gimana lagi? Daripada nggak dieksekusi?"
"Iya juga sih..."
"Eh, tapi balik ke kerjaan ini dulu dong. Belum kelar nih."
"Hehehe... ok ok. Balik ke dunia nyata."

Tiiiiiit...........
Akhir dari sebuah session yang bisa mencairkan otak yang kerap buntu oleh deadline-deadline materi yang mepet.

...sampai ketemu di session berikutnya...

Cuiiiiit... (SFX listrik mati).

Saturday, September 10, 2005

Peri Kecil



dengan sebatang tongkat ajaib kau hadir
sedikit ayunan dan bintang-bintang pun gemerlap
kesedihan jadi kebahagiaan
duka jadi suka
seketika
rengutan bibir berganti bentuk jadi senyum

sim salabim!
labu berubah jadi kereta kencana
tikus jadi kuda
siap mengantarkan cinderella ke pesta istana

di sana
pangeran impian menanti
meski hanya untuk setengah jam kebahagiaan
yang harus terenggut oleh dentang bel
tengah malam

sim salabim!
ajaib!
di hatiku
labu itu tetap menjadi kereta kencana
lengkap dengan kuda, kusir dan dayang-dayang
tapi bukan cinderella yang menaikinya
melainkan engkau

kau bawa kereta kencana itu terbang
bermain di antara bintang dan rembulan
menebarkan kebahagiaan
untuk segenap isi bumi

tetaplah kibaskan tongkat ajaibmu
karena dunia ini membutuhkanmu
wahai peri kecilku

Monday, September 05, 2005

Pengamen Itu... MENGAGUMKAN

Suatu pagi di sebuah tempat yang gak penting, terjadi percakapan antara 2 orang yang gak penting juga... pengamen berusia sekitar 50-an dan saya.

"Biasanya bareng istri ngamennya...?"

"Lagi sakit mas, di rumah."

Selanjutnya hening sejenak. Saya ragu-ragu, mau ngajak ngobrol tapi takut salah ngomong. Akhirnya dia sendiri yang melanjutkan percapakan. Kemudian topik beralih ke bidang yang digelutinya.

"Udah lama ngamennya pak?"

"Sudah dari 76 mas. Yah namanya pengamen, penghasilan gak bisa dipastiin. Yang penting halal."

"Kalo ngamen di mana aja pak?"

"Saya cuma di perumahan aja mas. Ngapain ngamen di bis, di toko-toko... berisik. Mending di perumahan kaya' gini. Itu juga nggak semua rumah saya datengin. Paling yang udah langganan aja."

"Emang kalo berisik kenapa? Kan dibayar juga?"

"Gini lho... saya ini ngamen gak cuma sekedar ngamen. Kalo orang gak bisa denger saya ngamen trus ngasih duit, kan sama aja bohong. Mending kaya' gini. Orang bisa denger nyanyian saya, kalo terhibur ngasih duit."

"Oooh gitu..."

"Saya juga prihatin mas kalo liat pengamen-pengamen yang suka maksa gitu. Nggak dikasih duit marah-marah. Kita kan ngamen nggak diundang. Kita dateng harus sopan, kalo orang terganggu ya itu risiko. Kita gak boleh marah dong."

"Bener pak..."

"Namanya rejeki sih nggak bisa dipaksa. Yang penting kita sopan, orang terhibur. Kita senang, orang juga senang."

Hm... benar-benar luar biasa pengabdian bapak pengamen ini. Kalo dia kerja di biro iklan, kaya' apa ya hasilnya? Mungkin akan menghasilkan sesuatu yang lebih bagus dari yang sudah saya perbuat. Hiks...