Pages

Thursday, June 23, 2005

"Unintended Consequences"

Sebuah judul yang menarik dari artikel yang dimuat harian Kompas, 22 Juni lalu. Mengapa menarik? Karena tidak biasanya Kompas muncul menggunakan bahasa asing sebagai judul. Makin menarik adalah karena judul tersebut masih berkaitan dengan proyek Megalitikum Kuantum yang akan digelar pada 29 Juni nanti (berkaitan dengan HUT Kompas yang akan berganti wajah Kompas di tanggal 28 Juni).

BILA konsep kuantum amat mewarnai konser Megalitikum-Kuantum pada tahap gagasan, maka dalam realisasi pementasannya di tengah-tengah persiapan yang muncul adalah semangat khaos. Namun, jangan buru-buru dulu mengasosiasikan khaos dengan kekacauan. Sebagaimana kuantum mengacu pada terminologi fisika modern, maka khaos di sini merujuk pada terminologi geometri fraktal yang merupakan perkakas analitis untuk memahami kompleksitas.

INILAH yang dapat kami tangkap ketika semalam bercakap-cakap di kediamannya di bilangan Simprug, Jakarta, dengan Jay Subyakto, penata artistik konser musik Megalitikum-Kuantum, yang diadakan untuk merayakan hari jadi ke-40 Kompas pada 29-30 Juni 2005 di Jakarta Convention Center.

Teori khaos muncul pada awal tahun 1960-an ketika ahli meteorologi Edward Lorenz dari Amerika Serikat menemukan cuaca yang ia ramalkan-dengan menggunakan suatu pakem yang selama itu sahih-berdasarkan data meteorologis yang disederhanakan menjadi lain sama sekali hanya karena ia mengurangi satu desimal saja pada setiap data. Hubungan satu parameter dengan parameter lain jadi khaotis.

Di kemudian hari diketahui bahwa secara matematis yang bertanggung jawab pada perubahan itu adalah fraktal. Dengan mengetahui fraktalnya, sesuatu yang khaotis terlihat tertib oleh mata analitis. Yang diharapkan dari rencana semula berubah total. Ada resultan lain di luar yang dikehendaki, unintended consequences, yang bisa lebih baik dan bisa pula lebih buruk.


Mengapa topik ini begitu menarik perhatian saya? Semata-mata adalah karena hal seperti ini pula yang saya rasakan saat ini (berkaitan dengan pekerjaan tentunya). Satu hal yang hingga saat ini selalu terjadi (laksana karma) pada saya adalah kenyataan yang kerap selalu bertentangan dengan harapan. Bagaimanapun matangnya persiapan yang kami lakukan, realisasinya selalu membawa kejutan. Selalu ada hal baru yang terus dan akan selalu menjadi materi pembelajaran bagi kami.

Apakah ini karma? Entahlah. Nasib buruk? Tergantung bagaimana Anda melihatnya. Yang jelas kenyataan-kenyataan yang masih sering menimbulkan rasa pahit ini malah membuat saya makin penasaran. Bahkan kecanduan. Setiap kali persiapan yang sudah kami rasa matang berbuah kekurangan di sana-sini, adrenalin saya makin terpacu. Bahwa ternyata ungkapan di atas langit ada langit itu makin terbukti dari hari-kehari.

Ah... batang pinang ini memang mengasikkan. Satu menahan yang di atasnya yang juga menopang orang di atasnya untuk kemudian menopang orang yang paling teratas. Dahsatnya... batang pinang yang satu ini adalah batang pinang ajaib. Setiap kali kita merasa bisa mencapai ujungnya, saat itu pula ujungnya bertambah panjang.

Qeqeqe...

Monday, June 20, 2005

Akankah Cukup Itu Ada

11 bulan 10 hari
Ketika itu
Bisa berjalan adalah sesuatu yang mengagumkan

5 tahun 4 bulan
Adalah sebuah kebanggaan
Jika bisa memacu sepeda roda duaku

14 tahun setengah
Hm....
Bisa bercelanapanjang ke sekolah itu lebih keren ya

17 tahun jalan ke 18
T-shirt, jeans, sendal jepit, rambut gondrong
Akan jadi identitasku... pasti!

24 tahun lewat 1 bulan
Orang berkemeja rapi dan berdasi sutra itu
Terlihat mapan dan tampan

35 tahun sebelum bulan ke-3
Rumah, mobil, istri, anak
Menghias kehidupanku

65 tahun pas
Ulang tahun terindah
Hadirnya cucu ke-3

80 tahun lewat sepersekian detik
Gerbang cahaya itu begitu benderang
Sementara aku masih merasa belum punya dan belum jadi apa-apa

Saturday, June 18, 2005

Tuhan Plis Deh... Ambil Mukaku. Cepetan!

Saat keluarga yang telah kehilangan buah hati yang terenggut oleh kesombongan meminta keringanan hukuman terhadap pelaku...
saat lebih dari 120 miliar uang rakyat digelapkan dan pelaku dibebaskan dari segala tuntutan...
saat ratusan anak negeri terkena busung lapar...
saat sebuah perusahaan masih menderita rugi sebesar 5 trilliun tapi sudah teriak meminta bonus...

Masih beranikah aku menatap cermin?
Masih beranikah kalian?

Wednesday, June 15, 2005

Tuhan, tolong ambil mukaku!

Tak terhitung dosa yang sudah aku lakukan
Tak terlacak jejak khilaf yang tertinggal
Di hadapMu, aku nista
Kotoran pun tampak lebih suci
Meski begitu
aku masih punya tekad
Mencari dan terus mencari
Pintu maafMu yang tak terhingga luasnya
Bahwa aku masih berharap
Nur taubatku bisa berbaur
Dengan pendar kasihmu

Tapi beban kali ini terlalu berat
Terberat dari beban-beban yang paling berat
Yang pernah Engkau bebankan

Kau ambil kembali titipanMu
Sebegitu berharganyakah dia?
Sebesar itukah cintaMu padanya?

Di sini...
Dalam sudut asa tersempit
Bukan hanya satu jiwa yang hilang
Tapi harga diri seluruh umat
Yang terlalu sombong
Bahkan untuk mau melihat
Apalagi mendengar

Ada baiknya Kau ambil wajah ini
Karena aku sudah sangat takut
Karena cermin sudah lebih menakutkan dari tragedi yang terbesar sekalipun


Persembahan khusus bagi almarhumah Khaerunnisa, anak perempuan berusia 3 tahun yang meninggal akibat ketidakpedulian kita.

Monday, June 06, 2005

Kakikuw-Kakimuw





entah sudah berapa
ribu, ratusan ribu bahkan jutaan langkah
kita tempuh

lembutnya pasir
sejuknya rerumputan
tajamnya kerikil
kita sudah rasakan

searah
bertentangan arah
maju, mundur, ke samping
akan selalu dan selalu
menyeret arah kita

letih
lelah
nyeri
perih
jadi keseharian kita

tapi
kakimu selalu ada
entah di depan...
di belakang
atau di sisi
untuk menyertai kakiku
meski kaki ku
kerap menghadang kakimu
membuatmu oleng
atau bahkan terjatuh

semua tak membuat
kakimu menjauh
bahkan mendekat
lebih dekat dan semakin dekat

untuk itu
aku cuma bisa berbisik
terima kasih tuhan...


SAC 060605
dedicated to the beloved mom of my kids
lagi agak-agak melankolis nih :p

Wednesday, June 01, 2005

Bingung

duduk
diam
merenung
mencoba
nihil
ah sutra lah
realita memang selalu tak seindah mimpi
tapi laksana pepatah
"sekali layar terkembang...
pantang biduk surut ke pantai"
selalu dan selalu
orang tua berujar
lalu
aku pun berpijar
hajar bleh!